REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia skeptis tentang pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang kematian pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Sosok buronan itu disebut terbunuh dalam serangan AS di Suriah.
Kementerian mengatakan dalam sebuah pernyataan, tidak ada serangan udara yang tercatat di zona Idlib pada Sabtu (27/10). Hari itu merupakan tanggal yang disinggung sebagai awal operasi penangkapan al-Baghdadi.
Trump mengatakan, helikopter militer AS terbang di atas wilayah yang dikuasai pasukan Rusia dan Suriah sebelum mendarat di kompleks tempat tinggal al-Baghdadi. Sebanyak delapan helikopter dikerahkan untuk membantu keberhasilan operasi yang melibatkan pasukan khusus tersebut.
Pernyataan Rusia mengatakan, Kementerian Pertahanan tidak mengetahui setiap dugaan bantuan melintasnya pesawat Amerika ke wilayah udara zona de-eskalasi Idlib selama operasi ini. Alasan lain yang memperkuat adalah kehadiran al-Baghdadi di daerah itu tidak mungkin terjadi karena wilayah tersebut dikendalikan pemerintah Suriah atau oleh afiliasi Alqadah yang merupakan saingan ISIS.
Trump mengumumkan, kematian al-Baghdadi diakibatkan bom bunuh diri yang dipicu dari rompinya. Peristiwa itu menelan beberapa korban, termasuk ketiga anaknya dan beberapa anggota keluarganya yang lain.
"Dia (Baghdadi) mencapai ujung terowongan ketika anjing-anjing kami mengejarnya. Dia menyalakan rompinya, membunuh dirinya sendiri dan ketiga anaknya," ujar Trump.
Untuk memastikan itu sosok pemimpin ISIS, Trump menyatakan, pasukan AS telah melakukan identifikasi dengan tes DNA. Hasil tes keluar dalam 15 menit kemudian dan hasilnya positif.
"Dia adalah orang yang sakit dan bejat dan sekarang dia sudah tewas," kata Trump.