REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemerintah Kota Surabaya serius berupaya mengembangkan pariwisata dan transportasi air. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempelajari wisata dan transportasi air yang diterapkan di Sungai Chao Phraya, Bangkok, Thailand, dengan mengutus Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Muhammad Fikser dan perwakilan dari dinas terkait.
"Belajar beberapa hal untuk dijadikan referensi pembangunan di Surabaya. Utamanya yang kita pelajari di bidang pariwisata dan transportasi, khususnya transportasi air," ujar Fikser seusai menggelar pertemuan dengan Pemerintah Kota Bangkok, Senin (28/10), seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Dadang Kurnia, dari Bangkok, Thailand.
Fikser kemudian menjelaskan alasan dipilihnya Bangkok sebagai tempat belajar pengembangan pariwisata dan transportasi air. Diakuinya, Bangkok menjadi kota yang menjadi salah satu destinasi wisata terbaik di Asia. Bahkan, sektor pariwisata tersebut menjadi penyumbang pemasukan tertinggi bagi Negara Gajah Putih. Salah satunya adalah wisata air.
"Pariwisata Bangkok salah satu terbaik di Asia. Makanya kami merasa harus banyak belajar ke Bangkok," ujar Fikser.
Fikser melanjutkan, Bangkok memiliki Sungai Chao Phraya yang menghubungkan beberapa provinsi di Thailand. Sungai Chao Phraya tersebut menjadi distinasi wisata favorit, yang banyak dikunjungi wisatawan saat bekunjung ke Thailand. Fikser berharap, pihaknya bisa mengadopsi wisata Sungai Chao Phraya dan diterapkan di Sungai Kalimas, Surabaya.
"Kita ingin tahu caranya. Kita punya Sungai Kalimas yang bisa dikembangkan jadi sarana transportasi dari daerah (Tanjung) Perak sampai ke tengah kota (Surabaya). Itu juga bisa dikembangkan ke pariwisata," kata Fikser.
Fikser mengakui, memang ada beberapa perbedaan antara Sungai Chao Phraya Bangkok, dengan Sungai Kalimas di Surabaya. Salah satunya adalah terkait keberadaan jembatan-jembatan yang melintas di atas sungai.
Di Bangkok, kata dia, tidak banyak terdapat jembatan yang melintas di atas sungai. Sementara di Surabaya, banyak sekali jembatan yang melintas di atas Sungai Kalimas. Bahkan jembatan-jembatan tersebut memiliki nilai sejarah, yang tidak mungkin dihilangkan.
"Kalau di kita kan ada jembatan-jembatan yang punya nilai sejarah yang tinggi. Hambatan di kita ada jadi itu yang harus kita sesuaikan. Tidak mesti sama seperti Bangkok tapi disesuaikan dengan kondisi yang ada di Surabaya," ujar Fikser.
Terkait pengelolaan Sungai Kalimas, Fikser mengakui melibatkan banyak pihak. Di antaranya Balai Besar Sungai Brantas, dan Perum Jasa Tirta. Maka dari itu, Fikser berharap semua pihak bisa mendukung pengembangan pariwisata dan transportasi air Sungai Kalimas.
"Pariwisata ini kan bakal membawa manfaat banyak bagi masyarakat. Jadi untung itu bukan pemerintah kota, tapi masyarakat. Kita harapkan bisa saling bersinergi dengan semua pihak terkait," ujar Fikser.
Direktur Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bangkok Sing Limphirat pun menyambut baik Pemkot Surabaya yang ingin mempelajari pengembangan pariwisata dan transportasi air yang ada di kotanya. Dia pun berharap, kunjungan perwakilan dari Pemkot Surabaya bisa membawa pulang sesuatu yang bisa diterapkan di Surabaya.
"Banyak yang busa dipelajari dan diadopsi untuk Surabaya. Semoga ini juga bisa dipromosikan ke warga Surabaya untuk berkunjung ke Bangkok," ujar Sing Limphirat.
Sungai Chao Phraya diakuinya memang menjadi andalan di Kota Bangkok. Sebab, sungai sepanjang 372 kilometer yang membelah Kota Bangkok tersebut, menjadi salah satu destinasi wisata favorit di sana. Sungai itu juga diakuinya menjadi transportasi publik, dan jalur pengangkut meterial bangunan.
"Selain wisata Sungai Chao Phraya memang dijadikan untuk transportasi publik. Bahkan material pembangunan diangkut lewat sungai tersebut agar jalan tidak cepat rusak," kata ing Limphirat.