Senin 28 Oct 2019 15:51 WIB

Maruf Amin: Tantangan Pemuda Jadikan Indonesia Negara Maju

Maruf Amin tak ingin Indonesia hanya terjebak di negara kelas menengah.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Foto: Republika/ Wihdan
Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut tantangan generasi muda saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Ma'ruf berharap bangsa Indonesia tidak puas hanya berada di negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.

"Kita ingin menjadikan Indonesia negara maju, ingin menjadikan Indonesia tidak terus berada trap di dalam negara yang yaitu middle income country, tetapi kita ingin menjadi negara yang high income country (penghasilan tinggi)," ujar Ma'ruf saat menghadiri acara penutupan Musyawarah Besar X Ormas Pemuda Pancasila di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (28/10).

Baca Juga

Ma'ruf menilai, untuk mewujudkan keinginan tersebut kuncinya terletak di sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia. Karena itu, Pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin selama lima tahun mendatang akan fokus untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

"Artinya bagaimana kita membangun manusia Indonesia yang sehat, manusia Indonesia yang cerdas, manusia Indonesia yang produktif, tapi juga manusia yang berakhlak mulia atau yang berakhlak karimah," ujar Ma'ruf.

Karena itu, ia pun sepakat dengan pernyataan Ketua Umum MPN Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno tentang pentingnya mengingatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun pendidikan vokasi.

Tujuannya, kata Ma'ruf, tak lain juga untuk memperkuat ekonomi Indonesia agar terus tumbuh. Untuk mencapai hal itu, Ma'ruf mengingatkan, tidak boleh juga melupakan pembangunan dengan prinsip pemerataan.

"Jadi kita harus berusaha menghilangkan disparitas/kesenjangan antara yang kuat dan yang lemah. Karena kesalahan kita di dalam membangun akan menimbulkan terjadinya kesenjangan," ujar Ma'ruf.

Sebab, arus ekonomi yang dibangun selama ini dari atas ke bawah nyatanya tidak mendorong pemerataan hingga ke bawah. Justru kata Ma'ruf, arus ekonomi atas ke bawah makin memperlebar kesenjangan.

"Arus lama yang dibangun adalah konglomerasi konglomerat. Maksudnya, supaya netes ke bawah, tapi ternyata tidak netes-netes ke bawah. Karena itu, maka terjadilah kesenjangan antara yang kuat dengan lemah," ujar Ma'ruf.

Karena itu, ia kembali menyingung pentingnya pembaruan arus baru ekonomi dari bawah ke atas. Ia meyakini, arus baru itu akan membuat orang yang ekonominya lemah menjadi lebih kuat.  Dengan begitu, kesenjangan antara yang kaya dan miskin bisa lebih berkurang.

"Maka Pembangunan harus kita lakukan dari bawah, yaitu bottom up economic development. Yaitu membangun ekonomi dari bawah, yang bawah menjadi kuat, sehingga kesenjangan, ketimpangan dapat kita perkecil, dan kemudian bisa kita hilangkan," ujar Ma'ruf.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement