REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Cendekiawan dan mantan Menteri Kabinet pada era Orde Baru Prof Emil Salim menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda pada prinsipnya adalah sumpah setia pada bangsa dan negara. Menurut Emil Salim, bangsa Indonesia saat ini, khususnya pemuda, harus bersatu dan menjaga persatuan.
"Dalam sumpah pemuda mengandung tiga sumpah, tapi pada prinsipnya sumpah untuk setia pada bangsa dan negara. Semangat sumpah pemuda ini adalah agar bangsa Indonesia bersatu dan menjaga persatuan," kata Emil Salim ketika memberikan sambutan kepada para pemuda dan pelajar pada acara Riung Pemuda memperingati Hari Sumpah Pemuda tahun 2019 di Balai Kota Bogor, Senin (28/10).
Pada kesempatan kegiatan tersebut, hadir Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Sekretaris Daerah Ade Sarip Hidayat, serta para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Kota Bogor. Hadir juga pengurus KNPI Kota Bogor serta para pelajar SMA dan SMK di Kota Bogor.
"Bangsa Indonesia yang beragam dari Sabang sampai Merauke, harus bersama-sama menjaga keutuhan NKRI. Bangsa Indonesia harus bisa mengesampingkan perbedaan negatif yang dapat merusak keutuhan bangsa," katanya.
Pada kesempatan tersebut, mantan Menteri Lingkungan Hidup ini mendorong para pemuda dan pelajar untuk memiliki semangat juang tinggi dalam mencapai pendidikan yang setinggi-tingginya. "Para pemuda dan pelajar harus dapat meningkatkan kualitasnya," katanya.
"Masa depan Indonesia ada pada pemuda dan pelajar saat ini. Indonesia ke depan menjadi maju atau tidak, tergantung pada pemuda dan pelajar saat ini," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Emil Salim menceritakan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Menurut dia, Indonesia yang saat ini berpenduduk sekitar 265 juta jiwa, tapi dari aspek penguasaan sains berada di peringkat 62 dari 70 negara.
"Itu artinya Indonesia berada di peringkat bawah. Ini menjadi tantangan bagi pemuda untuk dapat meningkatkan peringkatnya," katanya.
Menurut dia, perkembangan sains dan teknologi akan berjalan sangat cepat. Sehingga harus disikapi juga dengan gerak cepat oleh bangsa Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Emil menyindir sebagian besar bangsa Indonesia yang dinilai perilakunya masih santai. "Saya lihat di kendaraan umum, banyak orang yang tertidur atau termenung, padahal bisa dimanfaatkan untuk membaca buku ilmu pengetahuan," katanya.
Emil Salim juga menyebut, kesenjangan sosial di Indonesia masih tinggi yang ditandai dengan indeks ginie ratio masih tinggi yakni 0,41 pada 2018. "Kesenjangan sosial ini dapat di atasi jika banyak lapangan kerja dan tidak ada pengangguran," katanya.