REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMAYALA -- Palang Merah Indonesia (PMI) menyebut, penderita thalasemia di Tasikmalaya cukup tinggi. Berdasarkan data PMI, jumlah penderita thalasemia di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya mencapai sekitar 350 jiwa.
Sekretaris PMI Kota Tasikmalaya, Rahmat Kurnia mengatakan, pasokan darah di PMI Tasikmalaya umumnya didominasi penderita thalasemia. Dari kebutuhan rata-rata per bulan yang mencapai 2.400 labu untuk wilayah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, sekitar 700 labu digunakan untuk penderita thalasemia.
"Artinya mayoritas penggunaannya untuk penderita thalasemia. Di kabupaten dan kota angkanya hampir berimbang," kata dia, Senin (28/10).
Untuk mengisi kebutuhan itu, PMI mencoba berbagai cara untuk mencari pendonor darah. Beberapa masyarakat, kata dia, ada yang langsung datang ke kantor PMI untuk mendonor. Di luar, PMI juga menggerakan unit layanan keliling untuk mencari pendonor. "Kita juga kerja sama dengan berbagai pihak untuk menggerakan masyarakat mendonor darah," kata dia.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengakui, terdapat banyak penderita thalasemia di wilayahnya. Ia tak hapal betul angka persisnya, tapi disebut cukup banyak.
Ia menjelaskan, para penderita thalasemia itu memerlukan pengobatan dalam jangka sangat panjang. Dinas Kesehatan sudah merancang berbagai program untuk menanggulangi angka thalasemia, salah satunya bekerja sama dengan rumah sakit juga menggerakan masyarakat untuk melakukan donor darah. Pasalnya, pengobatan untuk penderita thalasemia butuh banyak darah.
"Penyakit itu bisa dikontrol keadaanya sehingga mereka bisa beraktivitas secara normal. Kalau memang dipandang harus transfusi, harus melakukannya," kata dia.
Meski terdapat banyak penderita thalasemia, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak serta merta menerapkan status kejadian luar biasa (KLB). Uu menyebut, KLB hanya diterapkan jika terjadi wabah penyakit. Sementara thalamesia merupakan penyakit yang tidak berpotensi menular.
Menurut dia, thalemsia umumnya merupakan bawaan sejak lahir atau kelainan genetika. Penyakit itu juga bersumber dari asupan gizi yang tidak sempurna saat kehamilan. Akibatnya, terjadi kelainan darah dengan kondisi jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal.
Ia mengingatkan masyarakat, khususnya yang sedang hamil harus terus menjaga kondisi kandungannya. Ia menyebut, pola makan atau asupan gizi harus sangat diperhatikan ibu hamil. Hal itu akan menentukan kesehatan bayi ketika lahir. "Lalu ketika masa tumbuh kembamg harus mengikuti program posyandu. Itu akan sangat bermanfaat untuk mencegah," kata dia.