Selasa 29 Oct 2019 05:00 WIB

Mengenal Sa’ad Sang Pemanah

Allah mengabadikan kisah Sa'ad dan ibunya dalam surah Luqman ayat 15.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Jabal ruma adalah bukit yang dipercaya sebagai tempat pasukan pemanah Muslim saat Perang Uhud. Sejumlah orang mengunjungi dan naik ke Bukit atau Jabal Ruma, Ahad (21/7).
Foto: Syahruddin El-Fikri/Republika
Jabal ruma adalah bukit yang dipercaya sebagai tempat pasukan pemanah Muslim saat Perang Uhud. Sejumlah orang mengunjungi dan naik ke Bukit atau Jabal Ruma, Ahad (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keimanannya kepada Allah tumbuh sejak pertama kali mengenal Islam. Sahabat ini pun menjadi orang ketiga yang masuk Islam. Ia bahkan orang pertama yang menembakkan anak panahnya demi memperjuangkan agama Allah. Sosok pemberani itu bernama Sa'ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf.

Kakek Sa'ad, yakni Wuhaib merupakan paman dari Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah SAW. Dengan begitu, Sa'ad termasuk paman Baginda Nabi. Rasulullah sangat bangga pada keberanian, kekuatan, serta ketulusan pamannya. Nabi pun bersabda, "ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian."

Tak butuh waktu lama bagi Nabi Muhammad untuk mengajak pamannya tersebut memeluk Islam. Pasalnya sejak awal, Sa'ad sudah sangat menyukai kepribadian Rasul, Dia pun langsung memercayai ajaran yang dibawa keponakannya itu.

Sa'ad dikenal hobi berperang dan jago memanah. Meski begitu, dia tetap pria yang penuh kasih sayang, apalagi terhadap ibunya. Ia sangat patuh serta taat kepada ibunya Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah, seorang hartawan keturunan bangsawan Quraisy yang setia menjalankan agama nenek moyang. Saat mengetahui putranya mengucapkan dua kalimat syahadat pada usia sekitar 17 tahun, Hamnah marah sekali.

"Wahai Sa'ad apakah kamu rela meninggalkan agama bapakmu untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama itu," ancam Hamnah. Dengan tegas, Sa'ad pun menjawab, "Demi Allah aku tidak akan meninggalkan agamaku.

"Mengetahui Sa'ad sangat menyayanginya, Hamnah meneruskan aksi mogok makan minumnya. Ia yakin anaknya akan luluh bila melihatnya sakit. Namun, Sa'ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. "Wahai ibu, demi Allah seandainya engkau mempunyai 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah meninggalkan agama ini selamanya," kata dia.

Allah mengabadikan kisah Sa'ad dan ibunya dalam surah Luqman ayat 15. "Dan, jika keduanya memaksa untuk mempersatukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." Rasulullah sangat menyayangi Sa'ad. Beliau bahkan menyebutnya sebagai 'penduduk surga'. Rasul berdoa pula kepada Allah, agar doa Sa'ad senantiasa dikabulkan.

Sa'ad mengembuskan napas terakhirnya pada sekitar usia 80 tahun pada 55 Hijriyah. Dalam keadaan sakit, ia berpesan kepada para sahabatnya supaya dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar, yakni perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin. n 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement