REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) telah mentransmisi kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada suku bunga kredit dan deposito. Direktur Utama Jahja Setiaatmadja mengatakan penyesuaian tersebut dilakukan selektif tergantung profil nasabahnya.
"Kita sebenarnya sudah turunkan, tapi tidak disebarkan beritanya karena nanti yang lain minta turun juga," kata dia saat paparan kinerja BCA Kuartal III 2019, Senin (28/10).
Jahja mengatakan nasabah lama dengan portofolio baik cenderung mendapat persetujuan untuk penurunan kredit. Ia mengatakan sebenarnya sudah banyak kredit korporasi yang suku bunganya diturunkan.
Suku bunga deposito juga telah tertransmisi lebih dulu. Menurutnya, BCA cenderung mengikuti kebijakan The Fed yang juga menjadi salah satu acuan BI.
Dulu, BCA menaikkan bunga deposito lebih dulu karena proyeksi dari The Fed. Sebelum bank lain akhirnya menaikkan suku bunga depositonya juga hingga terjadi perang harga.
"Pasar kan melihat, kalau kita duluan cenderung dapat nasabah lebih banyak, dan biarpun bank lain ikut naik, mereka biasanya cenderung enggan pindah," kata dia.
Nasabah juga masih cenderung tidak pindah meski akhirnya suku bunga deposito turun sedikit demi sedikit setelah penurunan suku bunga acuan BI. Penurunan suku bunga 7 Days Reserve Repo Rate (7DRRR) dinilai tidak bisa instan tertransmisi ke suku bunga industri perbankan.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan penurunan suku bunga akan mulai terasa pada 2020. Ia optimistis dengan bauran kebijakan tambahan yang telah dikeluarkan BI maka akan menjadi kontributor pertumbuhan kredit tahun depan.
"Memang ada jeda, hitungannya jeda sekitar 6-8 kuartal per penurunan suku bunga, kemungkinan baru berdampak pada periode 2020," kata dia.
Dengan proyeksi ini, pertumbuhan ekonomi pada 2020 diperkirakan pada kisaran sasaran 5,1-5,4 persen. Pemerintah memproyeksi pada 5,2 persen, sementara BI konservatif pada kisaran menuju pada pertengahan sekitar 5,2 persen.