Selasa 29 Oct 2019 09:43 WIB

Gunung Kidul Mulai Salurkan Benih Padi ke Petani

Benih padi dibagikan agar petani bisa langsung mulai tanam begitu musim hujan tiba.

Areal lahan sawah milik petani yang mengalami kekeringan di Bukit Pathuk Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Foto: Humas Pusdatin Kementan.
Areal lahan sawah milik petani yang mengalami kekeringan di Bukit Pathuk Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyalurkan bantuan benih padi dan jagung kepada petani. Penyaluran itu dilakukan dalam rangka mendukung percepatan masa tamam musim hujan yang diperkirakan mengguyur wilayah ini pada awal November.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan bantuan benih yang disalurkan, yakni padi gogo varietas Ciherang sejumlah 12,5 ton untuk 500 hektare, benih padi inbrida 25 ton untuk 1.000 hektare, dan benih jagung hibrida 75 ton untuk 5.000 hektare. Selain itu juga benih kompensasi puso kekeringan telah tersalur 67,4 ton benih padi untuk 2.700 hektare.

Baca Juga

"Kami juga sudah menyelurkan benih bantuan BPTP DIY dalam rangka desiminasi varitas unggul sebanyak 4,75 ton benih padi Inpari 30," kata Bambang, Selasa (29/10).

Ia mengatakan pihaknya juga sudah berusaha mendorong petani dalam gerakan tanam dan gerakan pengendalian hama penyakit tanaman apabila musim hujan telah tiba. Diharapkan, saat hujan tiba, petani langsung menanam benih yang sudah diberikan, dan masa tanam tepat waktu.

Sementara itu, Kabid Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Raharjo Yuwono mengatakan telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada para petani untuk mempercepat pengolahan lahan. Pantauan sementara, memasuki akhir Oktober ini sudah sekitar 70 persen lahan di Gunung Kidul siap ditanami tanaman pada masa tanam pertama. Bahkan beberapa wilayah sudah mulai menabur benih padi atau dikenal dengan ngawu-awu.

"Respons para petani menanggapi surat edaran yang dikeluarkan oleh dinas patut diapresiasi. Pasalnya, kurang dari 2 bulan setelah surat edaran diturunkan hingga saat ini sekitar sudah sekitar 70 persen lahan di wilayah Gunung Kidul telah diolah dan siap tanam," ujarnya.

Saat ini, Dinas Pertanian dan Pangan mendorong para petani agar terus mempersiapkan lahan. Hal tersebut dilakuan agar saat musim penghujan datang lahan sudah siap tanam sehingga nanti para petani tidak ketinggalan.

"Kami juga turun langsung ke lapangan dengan gerakan percepatan olah tanah (GPOT). Untuk musim penghujan diperkirakan awal November hingga pertengahan nanti turun, jadi lahan bisa langsung siap ditanami," kata dia.

Saat ini sebagian petani di kawasan selatan Gunung Kidul juga telah melakukan penyebaran benih atau ngawu-awu. Data yang diperoleh pihaknya sudah ada 1.834 hektar lahan yang ngawu awu. Hal itu mereka lakukan lantaran ngawu-awu memiliki beberapa keunggulan salah satu di antaranya adalah efisiensi waktu.

"Jadi ketika hujan turun bisa langsung tumbuh, sambil diolah kemudian disebari benih padi. Kegiatan itu kami pantau dilakukan para petani di wilayah Girisubo, Rongkop, Tepus, Saptosari, Paliyan dan Purwosari," terang dia.

Terkait distribusi pupuk kimia, Raharjo menjelaskan bahwa saat ini pupuk sudah diterima oleh para petani. Kendati demikian, pupuk tersebut masih disimpan dan belum diaplikasikan.

"Ada pupuk Urea dan Phonska, dua pupuk itu digunakan setelah tanaman berusia antara 14 hari sampai 21 hari. Jadi saat ini belum diaplikasikan," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement