Selasa 29 Oct 2019 10:54 WIB

Duterte Tantang Wapresnya Ambil Alih Kekuasaan

Wakil presiden Filipina mengkritik perang narkoba Duterte.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam Wakil Presidennya Leni Robredo karena mengkritik perang yang ia lakukan untuk melawan narkoba, Senin (28/10). Duterte menantang wakilnya itu untuk mengambil alih kekuasaan penegakan hukum.

"Saya akan menyerahkan kekuasaan saya dalam menegakkan hukum. Saya akan memberikan kekuasaan itu kepada wakil presiden selama enam bulan. Biarkan dia menjalankan kekuasaan itu, mari kita lihat apa yang akan terjadi. Saya tidak akan campur tangan," kata Duterte ketika berpidato di depan para pejabat pemerintah yang baru dilantik.

Baca Juga

Belum ada kejelasan apakah tawaran Duterte itu berupa sekadar pernyataan pedas atau tidak, Ia mengatakan akan mengirimkan surat kepada Leni, seorang mantan pengacara hak asasi manusia.

Juru bicara Duterte belum menanggapi pertanyaan Reuters soal dasar hukum menyangkut pengalihan kewenangan seperti itu. Pernyataan keras tersebut dikeluarkan Duterte setelah Leni mengatakan, dalam wawancara dengan Reuters, sudah terlalu banyak orang yang terbunuh dalam upaya penumpasan itu. Menurut dia, operasi tersebut belum berhasil mengatasi masalah narkoba.

Komentarnya itu membuat Duterte marah, juga para pembantu dan pendukung sang presiden. Leni juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa diberi akses menyelidiki tuduhan pelanggaran HAM di tengah gerakan penumpasan. Pemerintah Duterte menolak membuka pintu bagi penyelidikan tersebut sambil menyebut tuduhan itu sebagai kebohongan semata.

Lalu, Duterte mengatakan kepada para wartawan, Leni bisa memulai lagi tugasnya kapan pun, mungkin segera pada Senin malam. "Kalau dia mau, saya bisa menugaskannya menjadi raja narkoba. Saya akan memberi dia awal yang bersih, jadi dia akan tahu betapa mudah mengendalikan narkoba," kata Duterte.

Ketika Reuters mencoba meminta komentar, kantor Leni mengatakan sang wakil presiden belum akan berkomentar soal masalah itu. Dalam wawancara dengan saluran berita ANC pada Senin, Leni mempertahankan sikapnya dalam mengkritik kebijakan-kebijakan Duterte. Duterte selama ini memiliki hubungan yang dingin dengan Leni, tokoh oposisi yang dipilih secara terpisah dari Duterte.

Gerakan penumpasan narkoba yang diusung Duterte telah menewaskan ribuan orang serta mengundang kekhawatiran dari masyarakat internasional. Namun, berbagai jajak pendapat memperlihatkan Duterte mendapat dukungan kuat di dalam negeri menyangkut perang narkoba yang dilancarkannya.

Pihak berwenang Filipina membantah tuduhan kalangan pembela HAM bahwa para pengedar dan pengguna narkoba sedang dibunuhi. Otoritas juga mengatakan lebih dari 7.000 orang yang terbunuh oleh polis, semua melawan ketika akan ditahan. Kepolisian mengatakan tidak punya kaitan dengan pembunuhan misterius yang dialami ribuan pengguna narkoba.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement