Selasa 29 Oct 2019 12:31 WIB

Laba Perusahaan Induk Google Anjlok 23 Persen

Dalam perdagangan Senin (28/10) kemarin, saham induk usaha Google turun 2 persen.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Alphabet
Alphabet

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Alphabet Inc, perusahaan induk Google, mengatakan pada Senin (28/10) bahwa laba kuartalannya turun 23 persen. Kendati perolehan laba turun, namun Alphabet melaporkan bahwa pendapatannya naik 20 persen menjadi 40,5 miliar dolar AS pada kuartal ketiga 2019.

Perolehan laba Alphabet tercatat turun menjadi 7,07 miliar dolar AS. Anjloknya laba Alphabet dikarenakan kenaikan biaya penelitian dan pengembangan serta pemasaran. Dalam perdagangan Senin (28/10) kemarin, saham Alphabet turun 2 persen.

Baca Juga

Dilansir New York Times, Selasa (29/10), Chief financial officer Alphabet dan Google, Ruth Porat mengatakan perusahaan mengeluarkan biaya untuk merekrut dan juga untuk menambah infrastruktur di bidang-bidang seperti pengembangan kecerdasan buatan dan komputasi awan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.

Alphabet juga berupaya memperluas pasar iklan dengan mendorong lebih banyak iklan ke platform online lainnya seperti YouTube dan Google Maps. Sepertiga dari semua pengeluaran iklan digital global mengalir melalui perusahaan, menurut perusahaan riset eMarketer.

Selain kenaikan biaya, Alphabet mengatakan mengalami kerugian 1,5 miliar dolar AS setelah berinvestasi di perusahaan perjalanan Uber dan Lyft. Perusahaan telah melakukan investasi melalui berbagai modal ventura. 

Dibutuhkan biaya 550 juta dolar AS untuk menyelesaikan penyelidikan hukum di Perancis atas praktik pajaknya. Secara total, pengeluaran Alphabet tumbuh 25 persen, melebihi pertumbuhan pendapatan.

Porat mengatakan peningkatan perekrutan Alphabet luar biasa tinggi selama kuartal karena membawa banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini. Alphabet mengatakan menambahkan sekitar 6.500 karyawan pada kuartal tersebut, dengan total tenaga kerja sekitar 114 ribu orang.

Perusahaan juga mengatakan tarif pajaknya dua kali lipat menjadi 18 persen dari 9 persen tahun lalu.

Meskipun Google menghadapi pengawasan peraturan, Sundar Pichai, CEO perusahaan, mengatakan pada panggilan konferensi bahwa ia melihat peluang untuk mengejar area bisnis baru atau melakukan akuisisi.

“Ada banyak bidang peluang baru yang tersedia bagi kami. Di banyak bidang baru ini, kami adalah pendatang baru dan kami menciptakan persaingan," katanya, tanpa mengungkapkan secara spesifik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement