Selasa 29 Oct 2019 19:15 WIB

Vaksin Kanker Serviks Picu Polemik Ulama-Dokter di Kenya

Ulama di Kenya mengharamkan penggunaan vaksin kanker serviks.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nashih Nashrullah
 vaksin kanker serviks
Foto: EPA / MICK TSIKAS
vaksin kanker serviks

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dokter dari komunitas Muslim di Kenya bersikukuh untuk membela vaksin kanker. Upaya tersebut dilakukannya setelah beberapa pemimpin agama Islam menentang adanya hal tersebut.  

Berdasarkan laporan, dewan ulama setempat, imam Muslim, dan beberapa pengkhutbah Garissa, mereka mendesak para orang tua untuk tidak membiarkan anak perempuannya mendapatkan vaksin Human Papilloma Virus (HPV) yang dikatakan mampu mencegah dan menangkap kanker serviks. Pasalnya, menurut mereka, vaksin tersebut mampu memengaruhi sistem reproduksi. 

Baca Juga

Menanggapi hal tersebut, Asosiasi Profesional Medis Muslim (Kammp) di Kenya telah menolak argumen bahwa vaksin tersebut dapat memengaruhi sistem reproduksi anak perempuan.  

Bahkan anggota asosiasi tersebut, Dr Ahmed Kalebi, mengatakan klaim itu tidak memiliki dasar. Dia juga mempertanyakan mengapa ada banyak penolakan vaksin  HPV.  

"Padahal nyatanya tidak ada keraguan terhadap Hepatitis B, yang juga ditularkan secara seksual dan memiliki vaksin," katanya seperti dilansir Standardmedia, Selasa (29/10). 

Dia menegaskan, bukan hanya berdampak pada anak perempuan, nyatanya virus HPV juga dapat menyebabkan kanker penis. Meskipun menurut dia, kasus tersebut cukup jarang terjadi, dan kalaupun terjadi, hanya terbatas di kalangan pria yang tidak melakukan sunat.  

“Seorang pria akan dengan mudah melihat pertumbuhan kanker di penisnya hingga kemudian pergi ke rumah sakit. Kanker serviks membutuhkan waktu hingga 15 tahun untuk berkembang. Dan vaksinasi ini akan menyelamatkan perempuan, ”kata Kalebi. 

Sebagai informasi, HPV adalah virus yang ditularkan melalui kontak dekat, termasuk seksual.  Jenis HPV tertentu dikaitkan dengan kanker serviks, kanker vulva, kanker anal, kanker penis, dan kanker tenggorokan. 

Hingga kini, upaya vaksinasi massal sedang berlangsung di Kenya. Dalam prosesnya, vaksinasi itu menargetkan anak perempuan berusia antara sembilan hingga 14 tahun di semua sekolah di seluruh Kenya.  

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement