REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Manajemen Persebaya mengaku pasrah terhadap risiko sanksi yang akan diberikan oleh Komisi Disiplin PSSI usai suporter Bonek Mania membuat kericuhan. Oknum Bonek Mania merusak fasilitas lapangan di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Selasa (29/10), usai Persebaya takluk 2-3 dari PSS dalam laga pekan ke-25 Liga 1.
“Ya kami tidak bisa apa-apa dan kalau disanksi, itu ranah Komdis PSSI dan kami akan menjalaninya,” ujar Direktur Media Nanang Priyatno ditemui usai pertandingan.
Pihaknya berharap sanksinya nanti tak terlalu memberatkan bagi Persebaya. Terlebih jika harus menjalani laga di luar Surabaya.
“Kami tetap berharap bisa main di Surabaya dan bangkit di sini,” kata dia.
Usai laga Persebaya melawan PSS, sejumlah Bonek Mania turun ke lapangan dan membuat kericuhan sebagai bentuk protes akibat tren negatif Bajul Ijo. Aksi suporter semakin menjadi-jadi di tengah lapangan, antara lain merusak papan iklan, bangku ofisial dan pemain, jaring gawang, dan sarana serta fasilitas lainnya.
Aparat keamanan tidak bisa berbuat banyak dan suporter yang semakin marah membakar papan-papan iklan dan spanduk di lapangan hingga asap pekat membumbung tinggi dari dalam stadion.
Pada laga pekan 25 lanjutan Liga 1 musim kompetisi 2019 tersebut, skor akhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu.
Tiga gol PSS Sleman dicetak Jepri Kurniawan menit ke-16, Haris Tuharea menit ke-39 dan Yevhen Bokhashvili menit ke-43, sedangkan gol Persebaya dilesakkan David Da Silva menit ke-34 serta Diogo Campos menit ke-76 melalui titik penalti.
Akibat kekalahan tersebut, pemain Persebaya dievakuasi ke ruang ganti dan dipulangkan menggunakan mobil rantis milik Brimob Polda Jatim menuju penginapannya.
Pelatih Persebaya Wolfgang Pikal juga tidak menghadiri sesi konferensi pers usai pertandingan dengan alasan sudah meninggalkan stadion saat dievakuasi bersama para pemain.
“Maaf, pelatih Persebaya sudah tidak di stadion dan tidak ada konferensi pers,” kata Nanang.