REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan pentingnya membangun kesalehan sosial untuk kemaslahatan. Membangun kesalehan sosial bisa dimulai dengan mengembangkan potensi ekonomi umat seperti zakat, sedekah dan infak.
Wakil Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Agus Abdul Ghofur mengatakan, membicarakan ekonomi umat di masjid sangat baik sekali. Sebab dengan terbukanya mata umat terhadap ekonomi akan membangkitkan semangat usaha mereka untuk mandiri dan wirausaha.
"Itu (semangat wirausaha) akan (membuat umat) semakin sejahtera, dengan demikian umat dapat beribadah dengan baik," kata KH Agus kepada Republika, Selasa (29/10).
Namun, dia mengingatkan, upaya umat membangun perekonomian tetap ujungnya harus untuk bekal di akhirat. Jadi membangun ekonomi yang dibicarakan di masjid termasuk juga ekonomi yang menuntun Muslim untuk mencari bekal akhirat. Contohnya zakat, sedekah dan infak yang bisa digunakan untuk menolong sesama.
Dengan zakat, infak dan sedekah itu maka Muslim bisa bersama-sama membangun masjid, madrasah, jembatan, rumah sakit dan lain sebagainya untuk kepentingan umat manusia. Melalui kegiatan ekonomi semacam ini umat mendapat keuntungan di dunia dan akhirat.
"Jadi saya kira sebagai khazanah kekayaan ilmu Islam, bisa saja dipelajari di masjid kajian ekonomi, budaya dan lain sebagainya tapi ujungnya harus untuk bekal akhirat," ujarnya.
KH Agus juga menegaskan, Islam mengajarkan untuk membangun kesalehan individu tapi lebih utama membangun kesalehan sosial. Dengan kesalehan sosial bisa menciptakan kemaslahatan untuk umat dan bangsa
Jadi agama Islam mengajarkan kepedulian kepada pemeluknya. Supaya pemeluknya bisa menjadi khairunnas anfa'uhum linnas. Artinya, sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.