REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Crowdsourcing kini tidak hanya sebatas dilakukan pada kegiatan yang sifatnya amal atau memberikan pertolongan. Pembawa acara Ruben Onsu meyakini gerakan crowdsourcing Produser 10.000 dapat menjadi pelopor gerakan di bidang hiburan.
“Kalau saya bilang, kalau ini berhasil, ini akan menjadi pelopor,” kata suami Sarwendah itu di Pusat Perfilman H. Usmar Islmail, beberapa waktu lalu.
Gerakan Produser 10.000 merupakan ajakan pada masyarakat mendukung film nasional dengan cara crowdsourcing. Yaitu dengan membantu memproduseri film dengan membayar Rp 10 ribu.
Gerakan Produser 10.000 juga menggunakan sistem refferal-marketing untuk menggerakkan masyarakat menonton film nasional. Selain mendapat keuntungan finansial, masyarakat yang ikut sebagai anggota gerakan Produser 10.000 bisa ikut memproduseri film dengan cara mengajukan naskah film atau memilih jalan cerita yang sudah disiapkan sutradara dan penulis naskah.
Masyarakat yang selama ini pasif hanya sebagai penonton pun bisa berkontribusi lebih ke perfilman nasional. Gerakan Produser 10.000 ingin fokus membuat film-film yang edukatif.
Ruben tertarik bergabung dengan gerakan tersebut karena salah satu filmnya, Bus Om Bebek menjadi bagian promosi Produser 10.000. Karena itu, Ruben ingin lebih banyak film-film bertema edukatif yang tercipta dari gerakan tersebut.
Ruben meyakini akan banyak orang yang mempertanyakan maupun mencibir gerakan Produser 10.000 itu. Namun, Ruben tak mempermasalahkan respons semacam itu. Dia meyakini, saat gerakan tersebut mulai sukses, maka orang akan mencoba mengikutinya.
“Semoga masyarakat Indonesia memberi kesempatan Produser 10.000 untuk menjadi ruang,” ujar Ruben.
Gerakan Produser 10.000 yang diinisiasi sutradara film Aditya Gumay, berkolaborasi dengan perusahaan pemula Ketix, dan penulis buku Dewa Eka Prayoga. Aditya meyakini gerakan Produser 10.000 akan sukses, karena ada sosok Dewa Eka Prayoga yang menguasai pemasaran digital.
Terlebih, dia semakin optimistis ketika mengetahui pendiri aplikasi GoJek, Nadiem Makarim menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan. Sebab, film yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), akan menjadi tanggung jawab salah satu inovator tersebut.
“Nadiem di sana menteri yang membawahi perfilman dan pakar di bidang itu (inovasi), jadi pas sekali,” kata Aditya.