Rabu 30 Oct 2019 10:36 WIB

Bagaimana Warga Prancis Memandang Islam? Ini Kata Survei

Survei itu menyebutkan ada perbedaan pendapat terkait Islam dari perspektif politik.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Muslim Prancis
Muslim Prancis

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Sebuah survei yang dilakukan oleh Institut francais d'opinion publique (ifop) menemukan, bahwa hampir dua pertiga atau 61 persen orang Prancis percaya bahwa Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Prancis. Angka itu meningkat delapan persen dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dirilis pada Februari tahun lalu. 

Le Journal du Dimanche melaporkan, hasil survei itu mencerminkan kekhawatiran yang berkembang dari dampak agama dalam kehidupan publik terhadap sekuler tradisional Prancis. Dalam penelitian disebutkan, ada perbedaan pendapat tentang masalah Islam antara spektrum politik kanan dan kiri. 

Dikatakan, lebih dari setengahnya atau 54 persen dari pendukung partai sayap kiri Prancis Insoumise (Prancis yang tidak dikaruniai) mengatkan, bahwa praktik ibadah shalat Muslim mendapat tempat di Prancis. Hal itu berbeda dengan 85 persen dari pendukung partai politik National Rally di bawah presiden Marine Le Pen yang berpendapat sebaliknya. 

Wakil direktur jenderal Ifop, Frederic Dabi, mengatakan definisi sekularisme tampaknya berubah. Ia mencatat adanya peningkatan untuk dukungan pemisahan agama dan politik sebagai isu utama dibandingkan dengan jajak pendapat 2005, di mana kesetaraan agama adalah prioritas utama dari yang menjadi perhatian orang Prancis.

Sebagian besar fokus dari perhatian baru tersebut berkisar pada pengaruh Islamisasi. Mereka yang disurvei mendukung pelarangan simbol-simbol agama dalam banyak aspek kehidupan publik.

Dilansir di Breitbart, Rabu (30/10), 75 persen mengatakan mereka akan menyetujui pelarangan simbol agama untuk pengguna layanan publik dan 72 persen mendukung larangan bagi karyawan perusahaan swasta.

Sementara itu, sebanyak 61 persen orang Prancis mengatakan mereka akan mendukung makanan alternatif selain daging babi untuk makanan sekolah. Namun di antara pendukung Le Pen, jumlahnya turn menjadi 44 persen. 

National Rally di bawah Le Pen juga mendapat nilai tertinggi dalam jajak pendapat ketika menyangkut pertanyaan tentang partai mana yang paling cocok untuk menghadapi tantangan Islamisasi. Dari survei itu, 37 persen mendukung partai populis, dan hanya 20 persen untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan partainya, La République En Marche! (LREM / Republik Bergerak). 

Kepercayaan pada Le Pen untuk mengatasi masalah ini muncul setelah partainya mengalahkan LREM dalam pemilihan parlemen Eropa pada Mei lalu. Le Pen meminta Macron untuk mengundurkan diri setelah pemungutan suara Mei. 

Dia mengatakan, pemilihan nasional yang baru seharusnya terjadi dengan seketika karena hasil kemarin. Namun, menurutnya, sebagian besar karena postur Macron selama pemilihan di mana ia bukan penjamin konstitusi, tetapi ia menjadi pemain aktif di salah satu partai. 

Pemimpin National Rally juga bernasib lebih baik daripada Macron dalam pemungutan suara tentang masalah migrasi. Sebuah jajak pendapat yang dirilis pada Februari lalu menunjukkan, bahwa pemilih Perancis memiliki lebih banyak kepercayaan pada Le Pen untuk mengatasi masalah migrasi massal daripada yang mereka miliki pada presiden Prancis. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement