REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daniil Medvedev menyatakan benci kekalahan setelah secara mengejutkan tersingkir pada putaran kedua oleh petenis Prancis peringkat 65 dunia, Jeremy Chardy, pada Paris Masters, Selasa (29/10). Kekalahan ini mengakhiri upaya Medvedev untuk mencapai final ketujuh berturut-turut.
Petenis Rusia berusia 23 tahun itu merebut set pembuka, namun mengalami kekalahan 6-4, 2-6, 4-6 di Bercy Arena. Set kedua mengakhiri kemenangan 19 set beruntun yang diraih Medvedev, sementara kekalahan tersebut menghentikan sembilan kemenangan beruntunnya.
"Saya sama sekali tidak memikirkan yang berturut-turut itu saat berada di lapangan," kata Medvedev dilansir AFP. "Saya hanya takut kalah. Saya benci kalah. Tapi saya juga tahu apa yang bisa saya lakukan ketika saya bermain. Terkadang Anda menang, kadang Anda kalah. Meskipun saya kalah, saya bisa menganggapnya sebagai pengalaman."
Chardy, yang didukung oleh penonton tuan rumah di ibu kota Prancis, menyelamatkan sembilan break point pada set penentuan yang dramatis.
"Jeremy bermain sangat baik, tapi memalukan karena saya punya peluang," jelas Medvedev, yang merupakan satu-satunya pemain saat ini selain 'empat besar' Roger Federer, Novak Djokovic, Rafael Nadal, dan Andy Murray yang berhasil mencapai enam final ATP berturut-turut. "Perbedaannya adalah ia mampu mengambil kesempatan yang datang padanya dan saya tidak."
Laju keberhasilan Medvedev mencapai final terjadi sejak Juli lalu, ketika ia memperoleh gelar Cincinnati dan Shanghai Masters dan kalah pada final US Open oleh Rafael Nadal. Di New York, ia adalah pria Rusia pertama yang mencapai final grand slam sejak Marat Safin pada Australia Open 2005 dan ia telah memenangi empat turnamen pada 2019 secara total.
Medvedev selanjutnya akan menuju London untuk penampilan perdananya pada ATP Tour Finals bulan depan. Ia berharap akan menandingi juara tahun lalu dan sesama petenis muda, Alexander Zverev, yang berasal dari Jerman. "Sekarang saya punya lebih banyak waktu menyiapkan diri menghadapi Tour Finals. Sungguh suatu mimpi bagi saya untuk pergi ke sana. Ini turnamen tempat apapun bisa terjadi, Zverev menunjukkan itu di sana tahun lalu. Ini akan menjadi pengalaman yang bagus."