REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam setiap kesempatan mengaku sedang memahami posisi barunya sebagai Menteri BUMN. Erick yang dikenal sebagai pengusaha meminta waktu untuk adaptasi dengan jabatannya sebagai pejabat pemerintah.
Mantan pemilik Inter Milan ditugasi membenahi sejumlah persoalan BUMN. Sejak dilantik pada Rabu (23/10), Erick langsung bergerak dengan melakukan koordinasi dengan sejumlah menteri hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Beragam program yang dibahas pun beragam, mulai dari penguatan BUMN, percepatan penyelesaian negosiasi pengembangan kilang minyak di Cilacap antara Pertamina dengan Saudi Aramco, kereta cepat Jakarta-Bandung, LRT Jabodetabek, hingga integrasi moda transportasi di Jakarta.
Dengan aset total hingga Rp 8.500 triliun, kata Erick, BUMN memiliki kontribusi dan berpotensi memberikan lebih banyak manfaat bagi kemajuan Indonesia. Syaratnya, kata Erick, manajemen BUMN harus berpedoman pada prinsip Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik demi mencegah timbulnya praktik-praktik korupsi.
Selain koordinasi dengan kementerian dan lembaga lain, Erick juga ingin menguatkan manajemen di internal BUMN. Erick mengaku akan menggelar rapat perdana bersama wamen BUMN, deputi, dan sekjen Kementerian BUMN di Kantor Kementerian BUMN pada Rabu (30/10) siang. Salah satu pembahasan ialah mengenai sejumlah posisi direksi yang masih lowong.
Erick menyampaikan sedang mempelajari kondisi di internal BUMN sebelum nantinya membuat keputusan yang bisa mendorong akselerasi BUMN ke depan. Oleh karenanya, dia mengaku belum bisa membeberkan lebih lanjut, termasuk saat disinggung tentang evaluasi lantaran baru genap sepekan menjadi orang nomor satu di BUMN.
"Belum (ada evaluasi), baru lima hari (kerja) masyaAllah," seloroh Erick usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (30/10).
Erick yang berangkat dari dunia usaha mengaku sedang mempelajari amanah yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada dirinya untuk membenahi sejumlah persoalan BUMN.
"(Saya) dari swasta jadi pemerintah, masih bingung-bingung lah, tapi yang penting kan niatnya benar, kuncinya sama, Good Corporate Governance, kalau dengan Good Corporate Governance mestinya semua bisa berjalan baik," ujar Erick usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (29/10) kemarin.
Erick mengaku memiliki empat fokus yang sedang dia kerjakan, yakni penyehatan Jiwasraya, Krakatau Steel, penyelesaian negoisasi pengembangan kilang minyak di Cilacap antara Pertamina dengan Saudi Aramco, dan penyelesaian kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Fokus empat ini dulu tapi ada delapan qualified performance indicator (QPI) tambahan, yang pasti kita akan lakukan kalau ini semua sudah ada progres," ucap Erick.
Erick mengaku sedang mengejar progres penyelesaian empat program tersebut. Kereta cepat Jakarta-Bandung, kata Erick, tengah fokus pada perpindahan pipa dan Sutet.
"Kalau Aramco-Pertamina memang tinggal deal, bisa atau nggak. Kalau restrukturisasi Krakatau Steel tergantung perbankannya, setuju atau tidak, kan ada 12 perbankan. Jiwasraya juga ada tiga strategi yang akan dilakukan, nggak bisa ngomong, kalau udah ngomong (strateginya) nggak seru dong," kata mantan pemilik Inter Milan tersebut.
Selain penyelesaian sejumlah program, Erick juga ingin melakukan pembenahan di internal BUMN. Hal ini penting, kata Erick, guna meningkatkan kepercayaan terhadap BUMN.
"Kita (BUMN) kelola aset Rp 8.500 triliun, tetapi kalau manajemennnya tidak Good Corporate Governance, dengan ada isu-isu sekarang korupsi, bagaimana citra dan kepercayaan publik, bisa tidak bagus, kalau itu tidak bagus siapa yang mau partner dengan kita (BUMN)," ucap dia.
Erick berbicara soal wacana bersih-bersih BUMN. Menurut Erick agenda tersebut merupakan salah satu upaya untuk membuat tata kelola Kementerian BUMN dan BUMN yang lebih baik.
"Bersih-bersih bukan berarti mengganti, selama memang kita bisa improve kenapa harus diganti, tapi kalau saya saja dan pak wamen siap dicopot, ya direksi mesti siap dicopot apalagi dengan hal-hal yang tidak baik, kalau selama baik kita jalani sama-sama," kata Erick menambahkan.