REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Rakyat Lebanon menyambut pengunduran diri Perdana Menteri Saad Hariri dengan sukacita. Mereka menilai, hal itu adalah langkah awal untuk merombak dan mereformasi pemerintahan.
“Ini langkah pertama yang baik, tapi kami masih akan tetap di jalanan. Hariri adalah bagian dari masalah, tapi dia bukan semua masalah. Saya tidak berpikir ada yang berpikir kita sudah selesai,” kata Pierre Mouzannar, seorang pembuat film berusia 21 tahun yang telah berpartisipasi dalam demonstrasi selama dua pekan di negara tersebut, dikutip laman Aljazirah.
Mouzannar menilai, Hariri bukanlah sosok yang mengutus pasukan keamanan untuk memukuli para pengunjuk rasa. “Orang-orang itu masih di parlemen dan kita harus menyelesaikan apa yang telah kita mulai di sana,” ujarnya.
Saba (21 tahun) turut menyambut pengunduran diri Hariri. “Dia seharusnya mengundurkan diri lebih awal. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah, dan kita mendapatkan apa yang kita inginkan,” katanya.
Kendati demikian, Saba menilai perjuangan masih belum selesai. “Langkah kedua adalah merebut kembali uang yang telah dicuri para politisi dari kita. Kemudian kita akan meminta pertanggungjawaban semua orang, dan Allah ada di pihak kita,” ujarnya.
Setelah mengumumkan keputusannya mengundurkan diri, ratusan warga Lebanon berkumpul di alun-alun Riad al-Solh. Mereka menyanyikan lagu nasional sambil mengibar-ngibarkan bendera Lebanon. Tak sedikit dari mereka yang berderai air mata.
“Ini mungkin pencapaian terbesar bagi generasi saya, menang dalam duel tingkat ini dengan politisi kita,” kata Nabil, seorang insinyur berusia 30 tahun.
Di luar Beirut, ribuan orang turun ke jalan-jalan di Tripoli utara untuk merayakan pengunduran diri Hariri. Mereka bersorak-sorai seperti telah memperoleh kemenangan.
“Kami tidak ingin ada bagian dari kelas penguasa untuk menjadi bagian dari pemerintahan ini. Yang paling penting adalah menyingkirkan mereka semua, dan membentuk undang-undang pemilu baru yang menghapuskan sektarianisme dan menjadikan Lebanon sebagai satu distrik,”ujar Rafeef, seorang mahasiswa hukum berusia 21 tahun.
Undang-undang pemilu Lebanon saat ini telah memecah negara tersebut menjadi 15 distrik. Pengalokasian kursi dilakukan oleh sekte.
Hariri diketahui telah mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Lebanon Michel Aoun. "Saya menuju ke istana kepresidenan untuk mengajukan pengunduran diri pemerintah. Ini sebagai tanggapan atas keinginan dan permintaan ribuan rakyat Lebanon yang menuntut perubahan," kata Hariri.
Menurutnya, memang diperlukan terobosan untuk menangani krisis di negara tersebut. “Kita mencapai jalan buntu dan kita perlu gebrakan untuk berani melalui krisis,” ujarnya.
Aksi demonstrasi di Lebanon telah berlangsung sejak 17 Oktober lalu. Puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan dan memprotes kenaikan pajak, termasuk rencana pengenaan biaya pada panggilan telepon melalui aplikasi WhatsApp.
Namun dalam aksinya, massa turut menyuarakan kritik atas buruknya kondisi perekonomian dan layanan publik di negara tersebut. Mereka juga menyoroti masifnya praktik korupsi di pemerintahan yang menyebabkan kondisi kehidupan masyarakat di sana semakin memburuk.
Aksi demonstrasi telah menyebabkan empat menteri dari partai Lebanese Forces Party (LBF) mengundurkan diri dari jabatannya. Ketua LBF Samir Geagea yang tergabung dalam jajaran kabinet pemerintahan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri turut menanggalkan jabatannya.
Menurut data kementerian keuangan negara tersebut, Lebanon memiliki utang sebesar 86 miliar dolar AS. Jumlah itu lebih dari 150 persen produk domestik bruto Lebanon. Demonstrasi yang terus berlanjut berpotensi menjerumuskan Lebanon lebih jauh ke dalam krisis politik dan berdampak pula pada perekonomiannya.