REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang telah menyatakan komitmennya untuk menerapkan skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir. Komitmen ini semakin diperkuat melalui kerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan TP PKK Kota Malang.
Ketua IDAI Malang, Dokter Haryudi Aji Cahyono mengungkapkan, skrining hipotiroid kongenital memang bukan pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Beberapa daerah sudah terlebih dahulu melaksanakan kegiatan tersebut.
"Tapi baru 10 sampai 20 persen dan Kota Malang maunya 100 persen," jelas Haryudi di Gedung Kartini, Kota Malang, Rabu (30/10).
Haryudi berharap, skrining hipotiroid kongenital dapat menurunkan kecacatan dan kematian pada bayi baru lahir. Kemudian Kota Malang nantinya bisa melahirkan generasi yang cerdas tanpa cacat. Untuk itu, dia sangat meminta dukungan dari Pemkot Malang, TP PKK, PBI, Dinas Kesehatan dan lain-lain dalam menerapkan program tersebut.
Hipotiroid kongenital merupakan gangguan fungsi kelenjar tiroid yang terjadi pada bayi sejak lahir. Penyakit ini dapat memberikan dampak negatif pada produksi hormon tiroksin. Hormon tiroksin sendiri sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan, perkembangan otak dan metabolisme anak.
Di kesempatan lain, Wali Kota Malang, Sutiaji tak menampik, tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital pada bayi masih lemah. Apalagi penerapan program ini baru dilaksanakan di beberapa daerah Jawa Timur (Jatim). Bahkan, Kota Malang mulanya belum pernah menerapkan kegiatan tersebut secara menyeluruh.
"Makanya kita kuatkan sehingga angka kematian dan cacat dapat diminimalisasi," jelas pria berkacamata ini.
Angka kematian ibu dan bayi di Kota Malang masih 17 kasus. Sutiaji menargetkan bisa menekan angka ini hingga nol pada 2020. Untuk mencapai target ini, pihaknya telah menyiapkan sejumlah cara.
Pertama, anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup sejak dalam kandungan. Kemudian pendampingan gizi saat bayi sudah lahir. "Ini juga ada IBI, IDAI dan TP PKK yang punya posyandu dan kerjasama dengan Puskesmas. Mereka ini diminta untuk melihat grafik orang-orang dan kepatuhan ibu hamil supaya selalu kontrol sehingga risiko bayi mati dan cacat dapat dihindari," tegas Sutiaji.
Praktik skrining hipotiroid kongenital di Kota Malang sepenuhnya berada dalam tanggung jawab tenaga kesehatan. Dengan kata lain, Sutiaji mengaku, belum dapat memutuskan penggratisan program tersebut.
"Nanti dengan IDAI dan IBI akan komunikasikan karena pembiayaan belum tahu persis," tegasnya.