Oleh Yunahar Ilyas
Setelah surat itu sampai ke tangan Ratu Balqis, segera dia kumpulkan para pembesar kerajaan untuk berunding apa yang harus mereka lakukan untuk merespon surat dari Sulaiman tersebut. Allah SWT berfirman:
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ ٢٩ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ ٣٠ أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ٣١
“Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. An-Naml 27: 29-31)
Surat Nabi Sulaiman AS kepada Ratu Balqis, penguasa Saba’ dimulai dengan lafazh basmallah: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” Inilah surat pertama yang dimulai dengan basmalah, bahkan menurut para ulama, seperti dikutip Ibn Katsir dalam Kitab Tafsirnya (10: 403), tidak ada seorangpun sebelum Sulaiman yang menulis lafazh basmalah tersebut.
Isi surat Sulaiman sangat ringkas, tapi menunjukkan kelasnya sebagai seorang Nabiyullah dan seorang raja yang berkuasa. Setelah menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Sulaiman menyatakan “janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.
Mengetahui bahwa surat itu diantar oleh seekor burung, Ratu Balqis sudah tercengang, apalagi membaca isinya. Singkat dan tegas. Ada nada mengancam dalam surat itu. Kalau bukan dari seorang raja yang besar tidak mungkin akan mengirim surat semacam itu. Barangkali Ratu Balqis sudah pernah mendengar sebelumnya tentang Raja Sulaiman di daerah utara jazirah Arabia dan tahu bagaimana hebat dan berkuasanya Raja tersebut.
Ratu Balqis segera mengumpulkan para pembesar kerajaan untuk meminta pendapat mereka. Allah SWT berfirman:
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ ٣٢ قَالُواْ نَحۡنُ أُوْلُواْ قُوَّةٖ وَأُوْلُواْ بَأۡسٖ شَدِيدٖ وَٱلۡأَمۡرُ إِلَيۡكِ فَٱنظُرِي مَاذَا تَأۡمُرِينَ ٣٣ قَالَتۡ إِنَّ ٱلۡمُلُوكَ إِذَا دَخَلُواْ قَرۡيَةً أَفۡسَدُوهَا وَجَعَلُوٓاْ أَعِزَّةَ أَهۡلِهَآ أَذِلَّةٗۚ وَكَذَٰلِكَ يَفۡعَلُونَ ٣٤ وَإِنِّي مُرۡسِلَةٌ إِلَيۡهِم بِهَدِيَّةٖ فَنَاظِرَةُۢ بِمَ يَرۡجِعُ ٱلۡمُرۡسَلُونَ ٣٥
“ Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini, aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku). Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”. Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”. (Q.S. An-Naml 27: 32-35)
Setelah para pembesar istana berkumpul, Ratu Balqis menegaskan bahwa dia tidak akan pernah membuat keputusan, apalagi dalam masalah pelik seperti sekarang ini, sebelum meminta pendapat para pembesar kerajaan Saba’ yang dia pimpin. “Bagaimana pendapat kalian tentang isi surat dari raja Sulaiman ini.”
Mereka menyatakan siap mematuhi apa pun perintah yang akan diberikan oleh Ratu Balqis. Seandainya harus berperang, mereka siap. “Kita punya kekuatan dan keberanian”, kata mereka.
Tentu saja Ratu Balqis senang dengan kesiapan dan keberanian para pembesar kerajaan untuk berperang. Tapi dia punya pikiran lain, bukan berperang, tapi mengirim utusan mengantarkan hadiah untuk Raja Sulaiman. Karena perang, dalam pandangan Ratu Balqis hanya akan menimbulkan kerusakan. Kerajaan yang bersusah payah dibangun akan hancur. Penduduk negeri yang kalah akan hina, bahkan bisa saja diperbudak.
Mengirim para utusan dengan membawa hadiah yang berharga, yang sesuai dengan kebesaran Raja Sulaiman menunjukkan iktikad mereka untuk bersahabat dan berdamai. Nanti akan dilihat bagaimana respon Raja Sulaiman setelah menerima para utusan Kerajaan Saba’ tersebut. Beberapa kemungkinan bisa saja terjadi. Pertama, Raja Sulaiman menerima hadiah-hadiah tersebut, kemudian mewajibkan Kerajaan Saba’mengirim upeti setiap tahun sebagai bukti ketundukan dan kepatuhan mereka kepada Raja Sulaiman. Kalau itu yang terjadi peperangan dapat dihindari. Kedua, Raja Sulaiman tersinggung dan marah, kemudian memutuskan untuk memerangi Kerajaan Saba’ yang dianggap tidak mau patuh.
Menurut Ibn’Abbas, sebagaimana dikuti Ibn Katsir dalam kitab Tafsirnya (10: 405) Ratu Saba’ juga mengatakan kepada para pembesarnya: “Jika Sulaiman menerima hadiah yang kita antarkan, berarti dia hanya seorang raja, maka silahkan kalian perangi dia. Tapi jika dia menolak hadiah kita, maka dia adalah seorang Nabi, maka ikutilah dia.” Ternyata Sulaiman menolak hadiah-hadiah tersebut sembari mengancam akan memerangi Kerajaan Saba’. Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا جَآءَ سُلَيۡمَٰنَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٖ فَمَآ ءَاتَىٰنِۦَ ٱللَّهُ خَيۡرٞ مِّمَّآ ءَاتَىٰكُمۚ بَلۡ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمۡ تَفۡرَحُونَ ٣٦ ٱرۡجِعۡ إِلَيۡهِمۡ فَلَنَأۡتِيَنَّهُم بِجُنُودٖ لَّا قِبَلَ لَهُم بِهَا وَلَنُخۡرِجَنَّهُم مِّنۡهَآ أَذِلَّةٗ وَهُمۡ صَٰغِرُونَ ٣٧
“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”. (Q.S. An-Naml 27: 36-37)
Al-Qur’an tidak menjelaskan hadiah-hadiah apa saja yang diantarkan oleh para utusan Ratu Saba’ kepada Raja Sulaiman. Apakah emas berlian, batu-batu mulia, pakaian yang indah-indah, atau bisa juga budak-budak laki-laki dan perempuan. Atau benda-benda lain, tidak terlalu penting untuk dibahas. Yang jelas Sulaiman menolak semua hadiah itu, dan menyatakan apa yang diberikan oleh Allah SWT kepada beliau, lebih baik daripada apa yang diberikan Allah kepada Ratu Balqis. Tidak perlu kalian berbangga, kata Sulaiman, dengan kekayaan yang kalian miliki.
Sulaiman menolak hadiah-hadiah tersebut seraya mengancam akan mengirim pasukan yang besar untuk memerangi Kerajaan Saba’. Ratu Balqis dan seluruh pembesar bersama dengan balatentaranya tidak akan mampu mengalahkan balatentara Sulaiman yang perkasa tersebut (bersambung).