REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahid Foundation ingin menampilkan wajah Islam yang peduli terhadap lingkungan hidup. Karena itu mereka juga ikut mendukung ecomasjid yang sudah sejak lama dikampanyekan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi mengatakan, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (PLH) dan Sumber Daya Alam (SDA) MUI sudah memberi contoh konsep ecomasjid. Konsep itu bisa ditiru oleh tempat-tempat ibadah umat Islam.
"Gambaran (ecomasjid) seperti ini, di masjid ada proses pemanfaatan sumber daya alam yang paling kelihatan adalah air wudhu, bagaimana air sisa wudhu itu bisa didaur ulang dikembalikan ke alam dengan baik," kata Mujtaba kepada Republika saat seminar Ecoislam: Love Humans, Love Nature di Jakarta, Rabu (30/10).
Menurutnya, selama ini masih banyak jamaah di masjid yang sering menghambur-hamburkan air wudhu karena penggunaan yang berlebihan. Sisa air wudhu tersebut dialirkan ke tempat pembuangan tanpa didaur ulang. Padahal, menurutnya, sisa air wudhu perlu dikelola dengan baik agar dapat bermanfaat dan dikembalikan ke alam dengan baik.
"Contoh eco-mosque itu dapat membuat penggunaan air menjadi lebih irit dan ekonomis. Secara kewajiban wudhu sudah dapat terpenuhi bagi umat Islam, sementara sisa (air wudhu) itu dapat didaur ulang," ujarnya.
Mujtaba menyampaikan, ecomasjid juga bisa mengelola sampah dengan baik. Sampah bisa didaur ulang untuk dimanfaatkan. Menurutnya, pengelolaan sampah sangat penting sekali. Tapi banyak yang masih menganggap sampah tidak berguna sama sekali sehingga biarkan tanpa dimanfaatkan.
"Padahal semakin (sampah) tidak dikelola dengan baik semakin tinggi potensi untuk bencana buat kita, maka perlu ada standar ada pengelolaan sampah di masjid dengan baik," jelasnya.