REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, patroli gabungan Turki-Rusia di timur laut Suriah akan dimulai pada Jumat. Keputusan itu sejalan dengan kesepakatan yang sudah dicapai antara Ankara dan Moskow.
"Kami akan memulai kerja sama di lapangan pada hari Jumat, yaitu kami memulai patroli bersama," kata Erdogan kepada parlemen dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari Aljazirah, Kamis (31/10).
Pengumuman tersebut datang setelah delegasi militer Rusia mengunjungi Turki untuk membahas rencana patroli yang telah dibahas. Pengumuman oleh Kremlin menyatakan, milisi Kurdi yang dianggap sebagai teroris oleh Ankara telah meninggalkan wilayah tersebut.
Erdogan mengatakan, pihak berwenang Rusia telah memberi tahu Ankara sekitar 34 ribu anggota kelompok teror telah mundur, bersama dengan 3.260 persenjataan berat. "Data yang kami miliki menunjukkan fakta ini tidak sepenuhnya tercapai," kata Erdogan.
"Kami akan memberikan respons yang diperlukan setelah kami melakukan pekerjaan di lapangan," ujar Erdogan. Dia pun kembali menekankan Turki berhak untuk melakukan operasinya, jika mereka mengidentifikasi milisi Kurdi atau ketika pasukannya dan sekutu pemberontak Suriah diserang.
Pada 9 Oktober, Turki melancarkan serangan yang bertujuan membuat "zona aman" yang bersih dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi. Pasukan tersebut dianggap Ankara sebagai "teroris".
Di bawah kesepakatan yang dicapai pekan di resor Laut Hitam Rusia Sochi, SDF diberi tenggat waktu 150 jam untuk menarik milisi dan senjata dari zona 30 km dari perbatasan Turki-Suriah. Patroli bersama Turki dan Rusia dimaksudkan untuk memulai 10 km ke timur dan barat zona setelah batas waktu berakhir pada Selasa.
Sementara itu, media pemerintah Suriah hari Rabu melaporkan, pasukan pemerintah bentrok dengan pasukan yang didukung Turki di dekat kota perbatasan Ras al-Ain. Pemberontak yang didukung Turki mengatakan serupa, bentrokan itu telah terjadi dalam beberapa hari terakhir dengan pasukan Suriah di selatan kota, yang sekarang di bawah kendali Turki.
Aljazirah melaporkan dari Sanliurfa dekat perbatasan Turki-Suriah, pasukan yang didukung Turki melakukan serangan terbatas di sekitar kota Ras al-Ain dan Tal Tamr untuk mendorong pasukan pemerintah. Rusia, satu pihak dalam perjanjian Sochi, mungkin ikut campur dalam konfrontasi tersebut melihat latar belakang bentrokan sporadis baru-baru ini.