REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Eksekutif Boeing Dennis Muilenburg menolak seruan berulang kali untuk mundur dari anggota parlemen AS dan seorang ibu dari korban meninggal dalam salah satu kecelakaan Boeing 737 MAX, yang menewaskan 346 orang.
Ketika ditanya apakah dirinya menawarkan untuk mundur atau berencana mengajukan surat pengunduran diri, Muilenburg menjawab: "Tidak."
Muilenburg menghadapi pertanyaan agresif selama berjam-jam terkait pengetahuannya soal peristiwa, yang menyebabkan Boeing 737 MAX jatuh di Indonesia dan Etihopia, yang berujung pada larangan penerbangan di seluruh dunia. Ia mengaku bahwa Boeing akan mengandangkan pesawat tersebut setelah kecelakaan pertama pesawat milik maskapai Lion Air tak lama setelah lepas landas dari Jakarta.
"Kecelakaan ini terjadi dalam pengawasan saya. Saya merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan ini," kata Muilenburg, yang gelar ketua dewan miliknya dicopot awal Oktober ini.
Namun, jawaban tersebut tidak memuaskan kritikan. Muilenburg kembali mendapat kritik dari anggota parlemen.
"Anda benar-benar tidak menyadari bahwa anda memiliki pesawat yang rusak, yang memperlihatkan ketidakmampuan dan atau kelalaian yang begitu parah. Atau, anda memang sudah tahu bahwa pesawat anda rusak, tetapi masih berupaya melemparkannya ke pasar, dalam kasus ini hanya korupsi yang jelas," kata Jesus Garcia, Perwakilan dari Illinois.
"Anda kapten pesawat ini. Budaya kelalaian, ketidakmampuan atau korupsi berawal dari atasan dan itu dimulai dari anda," kata Garcia, menambahkan: "Saya rasa sudah waktunya anda mengajukan surat pengunduran diri, iya kan?"
Sementara, Nadia Milleron, ibu dari Samya Stumo yang meninggal dalam kecelakaan Athiopian Airline Maret lalu meminta Muilenburg mundur. Dia juga meminta Boeing untuk memastikan 737 MAX aman untuk terbang.