REPUBLIKA.CO.ID, ULAANBAATAR -- Polisi Mongolia menangkap 800 warga China di ibukota Ulaanbaatar. Penangkapan itu dilakukan dalam operasi kejahatan siber yang memakan waktu selama dua bulan.
Dalam operasi ini, polisi Mongolia juga menyita ratusan komputer dan kartu SIM telepon genggam. Kepala Badan Jenderal Intelijen Mongolia Gerel Dorjpalam mengatakan penangkapan dilakukan di empat lokasi.
Ia tidak membeberkan secara rinci dakwaan terhadap 800 orang itu. Tapi, ia mengatakan kejahatan siber ini melibatkan perjudian ilegal, penipuan, peretasan, pencurian identitas, dan pencucian uang.
"Pada saat ini kami mencurigai mereka berkaitan dengan pencucian uang, kami menyelidiki hal itu," kata Dorjpalam, Kamis (31/10).
Sebanyak 800 warga China yang ditahan, datang ke Mongolia dengan visa turis. Duta besar Cina di Ulaanbaatar mengatakan akan bekerja sama dengan kepolisian Mongolia.
"Departemen kepolisian Mongolia telah mengambil langkah yang diperlukan dalam kasus ini dan saat ini sedang dalam proses penyelidikan. China dan Mongolia akan menggelar operasi kerja sama penegakan hukum dan keamanan, dan kedua belah pihak akan berkerja sama dengan erat dalam persoalan ini," kata Kedutaan Besar China.
Dalam notifikasi badan imigrasi Filipina disebutkan pada bulan lalu ada 342 warga China tanpa dokumen yang ditahan di negara itu. Mereka menghadapi dakwaan aktivitas judi ilegal dan penipuan siber.
Dalam awal kuartal ketiga tahun ini ada sekitar 480 ribu wisatawan yang datang ke Mongolia atau aik sekitar 10,7 persen. Sepertiga di antaranya adalah warga China. Mongolia sedang mencoba mendiversifikasi perekonomian mereka sebagai upaya untuk tidak terlalu tergantung dengan bahan mentah.