Kamis 31 Oct 2019 19:21 WIB

Malam Jumat Khusus untuk Sunah Rasul Suami Istri, Benarkah?

Tak ada dalil kuat tentang malam Jumat khusus sunah Rasul.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nashih Nashrullah
Menikah muda.ilustrasi
Foto: antarafoto
Menikah muda.ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap Kamis tiba ada sekelompok masyarakat bercanda satu sama lain dengan ucapan, “Sudah hari Kamis lagi, sunah rasul,” “Jangan ganggu, malam ini sunah rasul,” “Malam Jumatan, sunah rasul,” atau sedikit rasial “Ayo membunuh Yahudi,” dan banyak istilah lain dengan makna serupa. Bagaimana Islam memandangnya?.

Semua istilah itu sering diartikan sebagai aktivitas hubungan suami-istri. Canda atau guyon semacam ini menjadi lazim didengar seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang mempercepat peredaran pesan. Canda atau guyon sebenarnya tidak masalah dalam agama. Hanya saja ada kedudukan hukum agama terkait hubungan sunah rasul, malam Jumat, dan hubungan intim suami-istri.

Baca Juga

“Di dalam sunah tidak ada anjuran berhubungan seksual suami-istri di malam-malam tertentu, antara lain malam Senin atau malam Jumat. Tetapi ada segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat,”.

Pernyataan ini dikutip dari situs resmi Nahdlatul Ulama, nu.or.id, yang menukilkan pendapat Syekh Wahbah az-Zuhayli dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, cetakan kedua, 1985 M/1305, Beirut, Darul Fikr, juz 3 halaman 556. Keterangan Syekh Wahbah az-Zuhayli ini dengan terang menyebutkan bahwa sunah Rasulullah tidak menganjurkan hubungan suami-istri secara khusus di malam Jumat.

"Kalau pun ada anjuran, itu datang dari segelintir ulama yang didasarkan pada hadits Rasulullah SAW dengan redaksi, "Siapa saja yang mandi di hari Jumat, maka...".

Dari sini kemudian sebagian ulama itu menafsirkan kesunahan hubungan badan suami-istri malam Jumat. Tetapi sekali lagi kesunahan itu didasarkan pada tafsiran/interpretasi, bukan atas anjuran Rasulullah secara verbal. Meski demikian, Syekh Wahbah sendiri tidak menyangkal bahwa hubungan intim suami-istri mengandung pahala.

Hanya saja tidak ada kesunahan melakukannya secara prioritas di malam Jumat. Sehingga hubungan intim itu boleh dilakukan di hari apa saja tanpa mengistimewakan hari atau waktu-waktu tertentu. Penjelasan kedudukan hukum ini menjadi penting agar tidak ada reduksi pada sunah rasul yang begitu luas itu.

"Karena banyak anjuran lain yang baiknya dikerjakan di malam Jumat seperti memperbanyak shalawat nabi, membaca surat Yasin, al-Jumuah, al-Kahfi, al-Waqiah, istighfar, dan mendoakan orang-orang beriman yang telah wafat." 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement