REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mengatakan, penambahan luas lahan baku sawah sangat memungkinkan. Hal itu karena terbuka dari adanya potensi deviasi hasil tangkapan citra satelit dengan kondisi riil area pertanaman.
Khudori mengatakan, deviasi dari pencitraan memungkinkan terjadi lantaran adanya kemiripan warna antara sawah maupun dengan komoditas lain pada sampel gambar yang diambil lewat satelit.
"Misal antara padi dengan ilalang itu mirip-mirip. Jadi dari sisi metode memang perlu ada validasi berulang-ulang. Jadi sangat mungkin bertambah," kata Khudori kepada Republika.co.id, Kamis (31/10).
Namun, Khudori menegaskan bahwa penambahan tersebut lebih kepada adanya luas lahan baku sawah yang sudah ada namun belum terdata. Bukan karena program cetak sawah yang dijalankan pemerintah. Sebab, kata dia, program cetak sawah saat ini tidak mudah dilakukan Kementan di tengah konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang belum dapat dihentikan.