REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korea Utara (Korut) menembakkan dua proyektil ke arah laut. Penembakan tersebut menandakan Korut masih terus melakukan uji coba senjata yang bertujuan menekan Washington untuk segera menyelesaikan negosiasi nuklir.
Pada Kamis (31/10), Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel mengatakan senjata itu ditembakkan di daerah sekitar ibu kota Pyongyang. Korsel belum mengonfirmasi apakah proyektil itu rudal balistik atau roket dan sejauh mana proyektil itu dilepaskan.
Sebelumnya, Korut mengeluarkan pernyataan mereka tidak puas dengan lambatnya negosiasi nuklir yang dilakukan dengan Amerika Serikat (AS). Pyongyang meminta pemerintahan Presiden Donald Trump untuk melonggarkan sanksi dan tekanan terhadap mereka.
Pada awal bulan ini, Korut juga menggelar uji coba rudal balistik di dalam air, menjadi uji coba pertama mereka setelah tiga tahun. Berita tentang penembakan tersebut datang setelah Korsel mengumumkan Pemimpin Korut Kim Jong-un memberikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya ibu Presiden Korsel Moon Jae-in. Tahun lalu kedua pemimpin negara itu sudah bertemu sebanyak tiga kali.
Mereka membuat kesepakatan yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan pertukaran. Tapi dalam beberapa bulan terakhir ini Korut secara drastis mengurangi aktivitas diplomatik mereka dengan Korsel. Sebab, Seoul gagal melanjutkan projek ekonomi gabungan Korsel-Korut. Rencana itu ditahan sanksi PBB terhadap Pyongyang.
Pada pekan lalu, Kim Jong-un memerintahkan pembongkaran gedung milik Korsel di pegunungan Korut. Korsel meminta untuk merundingkannya dulu. Tapi, Korut bersikeras kedua belah pihak hanya perlu saling bertukar dokumen.