REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Religiusitas Desa dan Kecamatan Sindangwangi, Majalengka, Jawa Barat, tak bisa lepas dari peran Kiai Dimyati. Semasa hidupnya, peran Kiai Dimyati begitu penting dalam membangun Desa dan Kecamatan Sindangwangi menjadi daerah yang religius. Salah satu kesuksesan dakwahnya adalah keberadaan Pesantren Sabilul Mardiyyah.
Kiai Dimyati lahir pada 6 Agustus 1922. Dia merupakan putra dari seorang ulama Majalengka yakni KH Nasuha yang tinggal di Leuwimunding, Majalengka.
Kepada ayahnya, Kiai Dimyati banyak menimba ilmu agama. Saat telah dewasa, Kiai Dimyati dikenal orang-orang Majalengka begitu berani. Dia turut serta terlibat dalam sejumlah bentrokan dengan penjajah yang datang ke Majalengka.
Hingga kemudian Kiai Dimyati memutuskan untuk berdakwah di Sindangwangi. Kala itu, di Sindangwangi terdapat satu lokasi yang menjadi sarang kemaksiatan.
Kiai Dimyati pun turun tangan, dia sendiri menutup lokasi itu dan tak ada satupun orang yang berani menghalanginya.
“Kiai Dimyati itu sangat berani sekali, padahal ini tadinya tempat judi dan macam-macam,” kata tutur KH Zainuddin yang merupakan putra dari Kiai Dimyati saat berbincang dengan Republika,co.id beberapa hari lalu.
Sampai saat masa penjajahan, Kiai Dimyati sempat dibawa. Anehnya orang-orang lain yang dibawa itu mati, hanya Kiai Dimyati yang lolos.
“Setiap ada masalah Kiai Dimyati pokoknya yang turun. Sampai Kiai Dimyati pernah ditembak gerombolan tapi selamat,” kata Kiai Zainuddin.
Sebelum wafatnya, Kiai Dimyati memberikan amanat kepada Kiai Zainuddin agar di lokasi yang telah dibangunnya sebuah mushola agar didirikan pondok pesantren.
Amanah itu pun ditunaikan Kiai Zainuddin setelah ayahnya wafat pada 29 Mei 1980. Pada 1981 Kiai Zainuddin pun mendirikan pondok Pesantren Sabilul Mardiyyah dengan konsep pesantren salafiyah yang menekankan pada pendalaman kitab kuning.
Pesantren Sabilul Mardiyyah pun semakin berkembang pesat. Pada 2009, pesantren membuka pendidikan formal tingkat Tsanawiyah disusun pada 2017 tingkat Aliyah.
Menariknya lagi, Pesantren Sabilul Mardiyyah tak hanya membekali santrinya dengan segudang keilmuan agama. Namun santri-santri Ponpes Sabilul Mardiyyah juga dilatih mempunyai kemampuan berwirausaha melalui Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) bernama Sabilul Food. BUMP ini pun sukses menghasilkan beberapa produk makanan dengan bahan dasar durian yang kini tengah laris di pasaran.