REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pabrikan pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS), Boeing, menghadapi krisis baru dan terus berkembang terkait dengan armada besutannya Boeing 737 Next Generation (NG). Setelah maskapai Australia, Qantas, kini giliran maskapai Korean Air yang mengandangkan pesawat Boeing 737 NG setelah ditemukan retakan.
Ini menambah jumlah maskapai penerbangan yang melaporkan masalah tersebut dan akibatnya mengandangkan beberapa pesawat. Dilansir Business Insider, Korean Air mengandangkan sembilan pesawat pada Jumat (1/11) setelah retakan ditemukan.
Kantor berita Agence France-Presse melaporkan bahwa hingga kini 50 pesawat Boeing 737 NG telah dikandangkan di seluruh dunia. Dan sumber lain juga mengatakan maskapai AS Southwest Airlines juga menemukan retakan di salah satu pesawatnya yang telah terbang sekitar 28.500 kali.
Sebelumnya, Qantas pada Kamis (31/10) mengatakan menemukan retak di salah satu pesawat Boeing 737 NG dan berencana untuk memperbaikinya saat memeriksa 33 pesawat lain minggu ini. Penemuan ini terjadi sebulan setelah Boeing menemukan masalah retak di Boeing 737 NG, mendorong regulator penerbangan AS (FAA) untuk menginstruksikan maskapai yang menerbangkan pesawat untuk memeriksa mereka. Ribuan pesawat Boeing 737 NG beroperasi secara global.
Retakan berada di area pesawat yang disebut garpu acar, yang menghubungkan badan pesawat, struktur sayap, dan roda pendarat. Qantas mengatakan analisis terperinci oleh Boeing menunjukkan bahwa bahkan ketika ada retakan, itu tidak segera membahayakan keselamatan pesawat, seperti yang ditunjukkan oleh jangka waktu yang diberikan oleh regulator untuk melakukan pemeriksaan.
Namun asosiasi insinyur pesawat Australia meminta maskapai untuk mendaratkan semua pesawat 737NG-nya. "Retakan sekitar satu inci panjangnya, sangat kecil, tetapi ini menyebar sangat cepat ketika mereka sedang membawa beban. Ketika itu muncul, akan menyebar sangat cepat," kata sekretaris asosiasi.