REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Jembatan gantung di Kampung Cigedang, Desa Leuwiipuh, Lebak, Banten kondisinya semakin memperihatinkan. Fasilitas jembatan penyeberangan ini hanya terbuat dari bambu dengan tali kawat, terihat jelas tidak layak lagi untuk dilalui. Beberapa bambu di jembatan juga terlepas, reyot dan guncangan saat melintasi jembatan gantung ini jelas terasa bagi siapapun yang berjalan di atasnya.
Saat pagi, para siswa di SDN 2 Desa Lewi Ipuh, Kecamatan Banjarsari, selalu menggunakan fasilitas jembatan ini. mereka berjalan di atasnya dengan menggenggam erat kawat pagangan jembatan di setiap sisinya. Dengan lebar jalan tidak lebih dari 50 sentimeter dan panjang sekitar 20 meter mereka berjalan perlahan melintasi jembatan ini.
Meski mengakui kalau jembatan gantung ini cukup menakutkan karena kondisinya yang tidak layak, para siswa tetap terpaksa menggunakan akses ini. Sebab jika tidak mereka harus menempuh jalan sejauh lima kilometer untuk sampai sekolah.
“Iya biasa lewat sini, jauh banget kalau muter jalan, jadi lewat jembatan aja biar dekat. Lama kalau muter jalan mah," jelas seorang siswi SDN Leuwiipuh, Neneng (11 tahun), Jumat (1/11).
Siswa SD melintasI jembatan bambu yang rusak di Kampung Cigedang, Desa Leuwiipuh, Lebak, Banten, Rabu (30/10/2019).
Neneng yang merupakan warga dari Kampung Cigedang, Desa Leuwiipuh juga mengatakan bahwa dirinya setiap hari bersama puluhan teman-temanya sering melewati jembatan gantung untuk pergi ke sekolah. Ia mengaku selalu deg-degan dan takut ketika sudah berada di pertengahan jembatan, karena kondisi jembatan yang buruk.
Hal yang sama diungkapkan Jeri (10) siswa SDN 2 Lewiipuh mengaku juga terpaksa melewati jembatan reyot itu agar tidak harus menempuh jalan yang lebih jauh. Namun bocah cilik ini mengatakan tidak berani untuk melewati jembatan gantung Cigedang saat musim hujan, karena bambu tempat berpijak akan jadi licin.
Saat musim hujan tiba, kondisi jembatan akan semakin menakutkan karena menurutnya air sungai akan meluap dan terkadang banjir. "Kalau ujan itu nggak berani, licin soalnya," jelasnya.
Sementara Dede (38) warga Kampung Cigedang, Desa Lewi Ipuh menyebut bahwa jembatan penghubung tiga desa itu sudah puluhan tahun tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Perbaikan selama ini juga biasanya merupakan kerja swadaya masyarakat.
“Padahal kami yang tinggal di Cigedang kalau seandainya ada keluarga meninggal sering membawa jenazah dan dikuburkan di seberang sana. Artinya kita gunakan jembatan ini untuk dilewati bersama jenazah yang telah meninggal. Tempat makamnya di sebrang,” ungap Dede sambil menjuk ke arah tanah pemakaman umum warga Cigedang.
Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Sidan, mengatakan bahwa jembatan gantung ini pernah memakan korban jiwa. Ia menyebut korban meninggal kala itu jatuh dari jembatan yang tingginya sekitar delapan meter.
"Ada dari Kampung Bedeng itu meninggal dunia, jatuh kan, jembatan lumayan tinggi itu. Jadi warga di sini sangat beharap supaya jembatan itu bisa dibangun karena memang satu-satunya akses utama untuk memasarkan hasil bumi, kami sangat kesulitan untuk memasarkan hasil bumi luar daerah,” terangnya.
Menurut Sidan selama ini, dirinya sering mengajukan untuk perbaikan jembatan reyot ini kepada pihak desa. Namun selama lima kali pergantian kepala desa tak ada satu pun yang merealisasikannya. Dirinya berharap bagi pihak terkait entah dari pemerintah atau orang penderma bisa membantu pembangunan jembatan Cigedang ini.
Siswa SD melintasI jembatan bambu yang rusak di Kampung Cigedang, Desa Leuwiipuh, Lebak, Banten, Rabu (30/10).
Sementara Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten Lebak Sony Nusadjati mengatakan pihaknya sudah pernah meninjau kondisi jembatan gantung Cigedang. Saat itu, dari hasil penilaian menghasilkan jembatan tersebut memang belum masuk skala prioritas karena beberapa kendala seperti akses masuk jembatan yang belum bisa jadi akses mobil pembawa bahan bangunan.
"Kita pernah meninjau jembatan itu bahkan jauh sebelum jadi viral ya. Jadi untuk membangun jembatan itu kan butuh akses jalan mobil pengangkut bahan bangunan jembatan. Besi yang berton-ton itu kan nggak bisa kalau nggak pakai mobil. Kemudian ketersediaan tanah, kita kan belum ada anggaran untuk membebaskan tanah untuk memasang tiang pancang itu. Jadi harapannya semua bisa sinergi," jelas Sekdis PUPR Lebak Sony Nusadjati.
Dari hasil pemeriksaan kala itu juga menyebutkan jembatan tersebut juga belum masuk kriteria menjadi akses strategis untuk warga. Hasil-hasil pemeriksaan ini yang akhirnya membuat jembatan gantung Cigedang tidak masuk prioritas pembangunan jembatan.
Dirinya menyebut bahwa skala prioritas pembangunan jembatan dibuat karena anggaran APBD Lebak yang terbatas. Dirinya menyebut bahwa dengan luas Kabupaten Lebak yang paling besar dari daerah lain di Banten, justru mendapat APBD yang lebih rendah dari daerah lain.
"APBD kita kan terbatas, dengan sekitar 340 desa dan Lebak yang merupakan daerah terluas di Banten malah paling kecil APBDnya. Kalau dibalik paling kecil luasnya terus anggarannya paling besar kan mudah untuk pembangunan, tapi ini kan kebalik," jelasnya.
Meski begitu, dirinya meyakinkan masyarakat Lebak bahwa Pemerintah Kabupaten Lebak tidak menyerah begitu saja dengan anggaran terbatas ini. Beberapa sinergi pembangunan dengan program CSR swasta juga sudh dilakukan untuk mengupayakan kebutuhan fasilitas jembatan di Lebak.
"Tentu kita dari Pemkab tidak ingin warga kita terlantar, kesulitan, berada dalam bahaya. Tapi anggaran kita memang terbatas sehingga kita lakukan skala prioritas. Jadi, akan kita lakukan berbagai upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Tapi masyarakat harap untuk sabar ini masih proses," terangnya.