Jumat 01 Nov 2019 19:58 WIB

Muhammadiyah Yakin Polisi Komunikatif dengan Ormas Islam

Muhammadiyah nilai paradigma polisi soal radikalisme dan terorisme perlu dievaluasi.

Sekertaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti memberikan sambutan pada diskusi buku yang berjudul Dunia Barat dan Islam Cahaya di Cakrawala di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (29/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekertaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti memberikan sambutan pada diskusi buku yang berjudul Dunia Barat dan Islam Cahaya di Cakrawala di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah optimistis Kepolisian Republik Indonesia dapat berkomunikasi lebih intensif dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terutama terkait persoalan radikalisme dan terorisme.

Harapan itu disampaikan menyusul penunjukan Jenderal Pol Idham Azis sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), menggantikan mantan Kapolri Tito Karnavian.

Baca Juga

"Kami berharap polisi dalam hal ini bisa menjadi lembaga yang dapat lebih berkomunikasi secara intens dan intensif dengan ormas-ormas Islam," kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti usai acara penyerahan dana CSR untuk pembangunan Masjid At-Tanwir di Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Jumat (1/11).

Ia mengatakan, paradigma polisi dalam radikalisme dan terorisme perlu dievaluasi. Pasalnya pemberantasan terorisme dan radikalisme yang mereka lakukan terkesan seakan-akan sedang berperang melawan umat Islam. "Padahal sebenarnya persoalan radikalisme dan terorisme ada pada berbagai kelompok masyarakat."

Terorisme dan radikalisme, menurutnya, tidak hanya menyembunyikan diri pada kelompok agama saja tetapi juga pada kelompok politikus dan berbagai elemen masyarakat lainnya.

Oleh karena itu, ia berharap Kapolri Jenderal Pol Idham Azis dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Muhammadiyah juga berharap polisi dapat menjadi lembaga yang menjamin rasa aman bagi masyarakat dengan memberi perlindungan secara keseluruhan.

"Maknanya polisi harus mengubah citra sebagai aparatur yang lebih ramah kepada masyarakat dan bisa memberi perlindungan sebaik-baiknya kepada masyarakat," katanya.

Ia juga berharap agar kepolisian juga dapat menuntaskan berbagai macam persoalan yang selama ini belum dapat diselesaikan. "Termasuk yang sangat dituntut oleh masyarakat itu misalnya pelanggaran HAM berat. Kemudian juga kasus Novel dan persoalan-persoalan lainnya," katanya, merujuk pada kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement