REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengakui angka kemiskinan di wilayahnya merupakan yang paling tinggi di Jawa Barat (Jabar). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2019 sekitar 12 persen dari 3,4 juta warga yang masuk kategori miskin di Jabar berada di Kota Tasikmalaya. Angka itu merupakan yang tertinggi dibanding kabupaten/kota lainnya.
Meski begitu, Budi mengatakan, selama lima tahun telah terjadi penurunan angka kemiskinan di wilayahnya. Bahkan, dalam satu tahun penurunan angka kemiskinan di Kota Tasikmalaya diklaim bisa mencapai 2 persen.
"Karena jenjang daerah lain kita jauh waktu itu. Sekarang sudah dekat dengan yang lain. Walaupun posisi kita masih tinggi," kata dia, Jumat (1/11).
Budi menargetkan, dalam lima tahun ke depan angka kemiskinan di wilayahnya berkurang hingga 5 persen. Setidaknya, kata dia, dalam satu tahun angka kemiskinan dapat turun 1 persen.
Menurut dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya terus melakukan berbagai program pengentasan kemiskinan. Salah satunya adalah menjaga laju inflasi. Ia mengklaim, laju inflasi di Kota Tasikmalaya saat ini masih di angka 2,3 atau merupakan yang terendah di Jabar.
"Kita harus terus bekerja. Semua lini bergerak, pendidikan, kesehatan, insfrastruktur, semua berpengaruh. Sekarang sudah lebih baik, on the track. Tinggal kerja jangan berhenti," kata dia.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Jawa Barat, Daud Achmad, menunjukkan data BPS per Maret 2019. Dari data itu, sekitar 6,9 persen atau 3,4 juta dari 48,68 juta jiwa penduduk Jabar masih termasuk dalam kategori miskin.
Namun, jumlah tersebut terus menurun bila dibandingkan dengan lima tahun ke belakang. Sejak 2014, persentase warga miskin di Jawa Barat terus menurun sebanyak total 2,53 persen.
"Selama lima tahun, jumlah warga miskin di Jawa Barat turun sebanyak 216,63 ribu jiwa. Pada 2014, total warga miskin sebanyak 9,44 persen menjadi 6,91 persen pada 2019," ujar Daud, Kamis (31/10).