REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Kapuslitbang) Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag), Muharam Marzuki mengatakan, kehidupan rumah tangga merupakan modal penting untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Karena itu, menurut dia, masyarakat Indonesia harus mengajarkan toleransi mulai dari keluarganya masing-masing.
“Itu modal dasarnya ada di rumah tangga, bagaimana membangun toleransi keluarga yang kuat dalam hidup bermasyarakat , berbangsa, dan juga dalam tolernasi dalam kehidupan keagamaan,” kata Muharram kepada Republika.co.id belum lama ini.
Di menjelaskan, toleransi di Indonesia selama ini sudah terbangun dengan baik. Karena itu, menurut dia, saat ini pemerintah tinggal mendukung sikap toleransi itu secara terus menerus, sehingga tercipta masyarakat yang harmonis.
Menurut dia, toleransi umat beragama di Indonesia merupakan sebuah kekuatan untuk membangun bangsa ini. Namun, dia mengingatkan kepada umat beragama di Indonesia agar tidak mempraktikkan sikap toleransi secara berlebihan. “Kalau toleransi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, berkeluarga itu harus dikembangkan. Tapi, kalau toleransi yang kebablasan menyangkut aqidah seseorang, itu bukan toleransi yang membangun,” ujar Muharam.
Dia mengatakan, umat beragama hanya perlu memperkuat aqidahnya sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, termasuk aqidah keluarganya ataupun masyarakatnya. Dengan demikian, kata dia, nantinya mereka akan memiliki komitmen tinggi terhadap keayakinan agamanya masing-masing untuk hidup rukun dengan umat agama lain. “Jadi masing-masing perkuat keyakinan agamanya, bagi keluarganya, anaknya, istrinya, suaminya menjadi seorang panganut agama yang kuat,” ucapnya.