REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengonfirmasi terbunuhnya Abu Bakar al-Baghdadi dalam serangan oleh pasukan khusus Amerika Serikat (AS) di Provinsi Idlib, Suriah. ISIS juga mengonfirmasi kematian juru bicaranya, Abu al-Hassan al-Muhajir.
"Dewan Syuro telah langsung menggelar pertemuan setelah mengonfirmasi syahidnya Syekh Abu Bakr al-Baghdadi. Para pemimpin mujahidin sepakat setelah bermusyawarah dengan para penerusnya dan bertindak sesuai keinginan (Baghdadi) bahwa mereka akan menyatakan setia kepada Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraisy sebagai pemimpin baru orang-orang beriman," demikian ujar juru bicara ISIS yang baru, Abu Hamza al-Quraisy, yang diunggah ke media milik ISIS, al-Furqan Foundation.
"Jangan bersukacita dulu Amerika atas kematian Syekh al-Baghdadi," ujar sang juru bicara. "Tidakkah kalian, Amerika, tahu bahwa hari ini ISIS ada di pintu masuk Eropa dan juga Afrika Tengah? Juga meluas dan tetap berada di wilayah mulai dari timur hingga barat," katanya.
Seperti halnya Baghdadi, sang pemimpin baru ini disebut memiliki darah dari suku Quraish. Tidak ada penjelasan rinci tentang sosok tersebut. Namun, memang sudah kebiasaan milisi ISIS untuk menggunakan nama pemimpin mereka dengan nama panggilan atau nama sebutan yang mengacu pada suku atau nasabnya. Nama sebutan itu kerap berubah dari nama asli.
Peneliti di Swansea University yang berfokus pada ISIS, Aymenn al-Tamimi, mengatakan, nama pemimpin baru itu tidak diketahui. Tapi, bisa saja merujuk pada tokoh terkemuka ISIS yang disebut Haji Abdullah yang diidentifikasi oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai pengganti Baghdadi. Seorang mantan tokoh senior dalam kelompok saingan Islam Alqaidah di Irak, ia juga dikenal sebagai Mohamed Said Abdelrahman al-Mawla.
Menurut para pakar, kematian Baghdadi diprediksi akan menyebabkan ISIS terpecah, sehingga meninggalkan siapa pun yang muncul sebagai pemimpin barunya dengan tugas menarik kelompok itu kembali sebagai kekuatan tempur.
Kematian Baghdadi menimbulkan perdebatan apakah kehilangan pemimpinnya dengan sendirinya akan memengaruhi kemampuan kelompok itu atau tidak. Bahkan, jika memang menghadapi kesulitan dalam transisi kekuasaan, ideologi yang mendasari dan kebencian sektarian yang diusung ISIS tetap dapat menarik bagi pengikutnya.
"Saya pikir, mereka mencoba mengirim pesan, 'Jangan berpikir Anda telah menghancurkan proyek hanya karena Anda telah membunuh Abu Bakar al-Baghdadi dan juru bicara resmi,’" kata Tamimi.
ISIS telah melakukan serangan sejak kehilangan wilayah kekuasaannya yang terakhir di Suriah pada Maret. Sejak kematian Baghdadi, ISIS mengklaim puluhan kasus atas serangan di Irak, Suriah, Afghanistan, dan di tempat lain.
Dalam pesan audio terakhir yang dirilis pada September, Baghdadi mengatakan, operasi serangannya dilakukan setiap hari. Dia juga mendesak dibebaskannya perempuan yang dipenjara di Irak dan Suriah karena dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok itu. Baghdadi mengatakan, AS dan perpanjangan tangannya telah dikalahkan di Irak dan Afghanistan.
(reuters/ap ed: yeyen)