Senin 04 Nov 2019 16:02 WIB

Tiga Desa di Tasikmalaya Mulai Alami Pergerakan Tanah

Pemkab Tasikmalaya mengimbau warga mewaspadai longsor saat hujan tiba.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolanda
Longsor memutus jalan desa di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (5/4).
Foto: Dok Istimewa
Longsor memutus jalan desa di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak tiga desa di tiga kecamatan, Kabupaten Tasikmalaya, mulai mengalami pergerakan tanah awal memasuki musim hujan. Pergerakan tanah itu terjadi di Desa Margalaksana di Kecamatam Salawu, Desa Cigalontang di Kecamatan Cigalontang, dan Desa Cikunten di Kecamatan Singaparna.

Kepala Seksi Kedaruratan, Badan Penannggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Dede Sudrajat mengatakan, dari tiga laporan yang diterima, sedikitnya empat kepala keluarga (KK) di Desa Marhalaksana terancam. Sementara pergerakan tanah yang terjadi di Desa Cigalontang dan Desa Cikunten cukup jauh dari permukiman warga.

Baca Juga

"Tapi itu baru pergerakan, belum sampai kejadian longsor," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (4/11).

Tim maupun relawan BPBD sudah terjun ke lapangan untuk memeriksa keadaan di lokasi. Menurut dia, meski baru pergerakan tanah, jika hujan terus turun dengan intensitas tinggi, kejadian longsor sangat berpotensi terjadi.

Dede menambahkan, pihaknya telah memberikan imbauan secara lisan ke masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor untuk berhati-hati apabila hujan terus berkelanjutan, apalagi dengan intensitas tinggi. Bahkan, warga yang rumahnya terdampak pergerakan tanah juga sudah diinstruksikan untuk mengungsi sementara ke rumah saudaranya.

Ia mengatakan, wilayah Kabupaten Tasikmalaya memang memiliki potensi terjadi longsor dan banjir ketika memasuki musim hujan. Namun, BPBD tidak bisa memprediksi daerah mana yang akan terjadi bencana.

Berdasarkan peta wilayah bencana, sekitar 60 persen wilayah di Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori rawan longsor. "Tapi kita tak bisa prediksi wilayah mana yang akan terjadi," kata Dede.

Sementara itu, lanjut dia, wilayah yang biasa menjadi langganan banjir adalah Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik. Namun, saat ini Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air (BPSDA) sedang melaksanakan pengerukan di Sungai Citanduy. Pasalnya, biasanya banjir berawal dari sedimentasi Sungai Citanduy.

"Sekarang informasi sedang pengerukan sedimentasi dan perbaikan aliran sungai. Mudah-mudahan tahun ini tak terjadi lebih parah," ujar dia.

Dede mengatakan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini masih merupakan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sementara puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2020.

Ia mengimbau warga selalu hati-hati memasuki musim hujan. Setiap kali BPBD ke lapangan, kata dia, warga selalu diingatkan tetap waspada menghadapi musim hujan. "Terurama warga yang rumahnya berada di pinggir tebing," kata dia.

Kepala Bidang Penanggulangan Korban Bencana dan Pembinaan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya, Rahmat ZM mengatakan, pihaknya beserta Muspika Kecamatan Salawu sudah memeriksa langsung ke lokasi pergerakan tanah di Desa Margalaksana. Menurut dia, saat ini kondisi retakan tanah yang terjadi sangat menghawatirkan bagi warga di sekitar.

Ia menyebutkan, terdapat enam rumah warga berpotensi terjadi longsor jika hujan terus terjadi. Menurut dia, retakan tanah yang terjadi memiliki kedalaman mencapai 2 meter, dng lebar sekitar 40 sentimeter.

"Kami mengimbau kepada warga yang ada di lokasi pergerakan supaya hati-hati dan waspada, juga yang rumahnya dekat tebing," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement