REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, pancaroba atau peralihan antara musim kemarau dan musim hujan secara umum mulai terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Cuaca ekstrem berpotensi saat masa peralihan pada awal hingga pertengahan November 2019.
"Untuk massa transisi/pancaroba secara umum di wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan," ujar Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko kepada Republika, Senin (4/11).
Ia secara rinci menjelaskan musim pancaroba di DKI Jakarta. Mayoritas wilayah Jakarta mengalami awal musim hujan pada November. Untuk Jakarta Selatan, musim hujan diperkirakan mulai antara dasarian II Oktober dan dasarian II November.
Dasarian II adalah satuan waktu meteorologi yang lamanya sepuluh hari pada rentang tanggal 11 sampai 20. Sementara Jakarta bagian utara, musim hujan diprediksi jatuh di antara November dan Desember.
Hary menjelaskan, secara bertahap di awal November sudah ada potensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan. Akan tetapi, awan hujan itu belum rutin dan belum merata (sporadis).
Hary melanjutkan, prakiraan curah hujan dasarian I (antara tanggal 1 sampai 10) dan II November pada umumnya diprediksi dalam kategori rendah (0-50 mm). Sedangkan, pada dasarian III (antara tanggal 21 sampai akhir bulan) November dan dasarian I Desember, curah hujan meningkat yang diprakirakan masuk kategori menengah (50-100 mm).
Pada saat itu, hujan juga semakin meluas dan curah hujan kategori rendah mulai berkurang. Hary menuturkan, saat masa pancaroba frekuensi hujan berpotensi lebat bahkan sangat lebat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat, hingga dimungkinkan puting beliung.
"Potensi hujannya dapat dimungkinkan terkadang lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat," kata dia.