REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Figur Evliya Celebi sebagai lelaki saleh yang mahir membaca Alquran, bercerita, dan berkelana membuat banyak sejarawan Barat menelitinya. Para peneliti mempelajari karya Evliya guna mengungkap seperti apa sosoknya.
Robert Dankoff, guru besar di Universitas Chicago yang mengabdikan hidupnya untuk mempelajari karya Evliya menyatakan, sang pengelana Turki Utsmani itu tidak pernah menghakimi orang-orang non- Muslim dalam hal agama meskipun dia sering menggunakan istilah-istilah, seperti 'orang Jerman yang tidak beriman' atau 'orang-orang Jerman yang licik' dan 'orang Ming yang tidak tahu malu'.
Evliya, menurut Dankoff, juga selalu menuliskan hal-hal yang dia kagumi di setiap tempat yang disinggahi, terkecuali para gipsi Yunani. Evliya kurang menyukai kaum gipsi Yunani karena kebiasaan mereka yang buruk dan kasar.
"Mereka memiliki ribuan ekspresi nakal. Mereka selalu bertengkar di antara mereka sendiri, siang dan malam, dan saling mengutuk dengan kata-kata kotor. Mereka melakukan pembunuhan demi satu sen," kata Dan koff.
Dankoff menyebut, Evliya sebagai pious (lelaki saleh) yang tidak kontroversial. Dalam tulisan-tulisannya, Evliya selalu menggambarkan dirinya sebagai seorang hamba yang selalu berserah pada Tuhan, atau seorang manusia biasa yang mencoba menapaki kebesaran Tuhan.
Evliya lahir pada 10 Muharram 1020 Hijriyah atau 25 Maret 1611 Masehi. Dia adalah putra Darwis Mehmet Aga, seorang prajurit sekaligus perajin emas (kuyumcubasi) yang bekerja untuk penguasa Turki Utsmani. Sebagai putra seorang kuyumcubasi, Evliya memiliki kesempatan mengenyam pendidikan yang layak. Ia sempat menimba ilmu di madrasah selama tujuh tahun.
Di sela-sela pendidikannya, Evliya ikut membantu di bengkel kerajinan ayahnya. Di sana, ia diajarkan berbagai keterampilan, seperti tezhip atau seni menghias sampul buku dengan lukisan dan cat emas, khat atau seni menulis anggun, dan nakis, yakni seni menghias tembok dan langit-langit ruangan. Setelah itu, ia menempuh pendidikan di Enderun atau pusat pendidikan calon pegawai Pemerintah Turki Utsmani. Lulus dari sana, Evliya bertugas mengawal Raja Murad IV pada 1636.
Sejak kecil, Evliya sudah diajari membaca Alquran oleh seorang guru bernama Evliya Mehmed Effendi. Ia sendiri sebenarnya bisa di gelari 'Effendi' karena kemahirannya mem baca Alquran, tapi ia lebih memilih "Celebi'' se bagai gelar yang berarti 'lelaki yang baik'.
Menjalankan tugas keprajuritan untuk pertama kali pada 1638, kemahirannya dalam ber main musik, membaca Alquran, dan ber cerita membuatnya dikenal sebagai penghibur di barisan pasukan. Di lingkungan militer ke rajaan, ia melakukan sejumlah pekerjaan, seperti mengurus tebusan tahanan, mengumpulkan pajak, memasok material perang, atau hal lain layaknya anggota militer. Sejumlah peperangan pernah ia ikuti. Dan, tugas se bagai muazin ia lakukan setiap kali pasukannya memenangi peperangan.