REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri Indonesia pada Selasa (5/11) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) untuk merumuskan rekomendasi kepada pemerintah terkait upaya meningkatkan produktivitas serta daya saing pertanian dan industri makanan di dalam negeri. Rekomendasi tersebut diharapkan menjadi dasar bagi pemerintah ke depan dalam menyusun kebijakan di sektor pangan dan industri makanan.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky Widjaja mengatakan, sedikitnya ada beberapa hal yang akan menjadi fokus pembahasan dan akan dijadikan masukan kepada pemerintah. Di antaranya yakni peningkatan produktivitas melalui penyediaan lahan, bibit unggul, serta teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.
Pengadaaan bibit dan benih komoditas pangan yang bermutu dan tersertifikasi memiliki peranan paling penting untuk memenuhi ketahanan pangan nasional. "Pemerintah perlu mengatur agar perbibitan dan perbenihan komoditas pangan dapat terkoordinasi dan terpadu, mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan hingga cara penanamannya," kata Franky dalam keterangannya, Senin (4/11).
Di samping itu, kata dia, pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat untuk meningkatkan produktivitas pertanian makin penting di tengah dampak perubahan iklim yang sering mengganggu kelangsungan produksi bahan pangan. Lebih lanjut, Franky menuturkan, pembahasan Rakornas juga mengarah pada penciptaan ekosistem investasi pangan yang baik dengan mengeliminasi kebijakan yang tidak mendukung usaha pertanian berkelanjutan.
Mengenai ketersediaan akses pembiayaan petani di daerah terpencil guna mendukung ketahanan pangan nasional, perlu diterobos dengan inovasi skema pembiayaan inklusif berbasis teknologi informasi tepat guna.
Franky melanjutkan, sektor pangan saat ini juga masih menghadapi permasalahan tidak stabilnya harga dan pasokan sejumlah komoditas pangan utama, seperti beras, daging sapi, jagung dan kedelai. Di sisi lain, sistem perdagangan pangan global semakin terbuka menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh oleh situasi dan kondisi internasional.
Hal itu menyebabkan harga komoditas pangan strategis menjadi berfluktuasi. “Strategi industrialisasi berbasis agroindustri perlu dipersiapkan dengan matang. Sama halnya dengan strategi daya saing ekspor unggulan kita,” katanya.