REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengatakan laporan terorisme AS yang disiarkan baru-baru ini adalah contoh paling nyata mengenai pendekatan standar ganda. AS tidak menyebut YPG/PKK dan Organisasi Teroris Fetullah (FETO) sebagai organisasi teroris.
Kabinet tersebut pada Senin (4/11) mengkritik County Reports on Terrorisme 2018 yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS pada Jumat (1/11). Bersama dengan keamanan perbatasannya, Turki melanjutkan perangnya (melawan pelaku teror) bagi perdamaian dan masa depan semua negara sahabatnya, terutama sekutu NATO.
"Namun, cabang kelompok teror PKK di Suriah YPG dan sayap politiknya PYD, serta FETO, kelompok di belakang upaya kudeta yang dikalahkan 2016, tidak disebut di dalam Terrorism Report 2018, yang disiarkan oleh Departemen Luar Negeri AS. Sikap itu adalah satu contoh paling nyata mengenai pendekatan standar ganda terhadap organisasi teroris," kata kabinet Presiden Turki.
Dia menambahkan Turki bertekad melanjutkan perang melawan organisasi teroris terutama PYD dan FETO, PKK dan ISIS. Pernyataan itu menekankan ada beberapa negara di dunia seperti Turki yang menjadi korban serangan teror dan mereka telah berhasil secara efektif memerangi organisasi teror.
"Dalam beberapa tahun, krisis kemanusiaan di Suriah telah mengarah kepada berdirinya kelompok teror lain YPG, cabang PKK di Suriah, serta ISIS di wilayah kita," katanya.
Saat merujuk kepada Operasi Perisai Eufrat, Operasi Cabang Zaitun dan Operasi Perdamaian Musim Semi, operasi anti-teror Turki di Suriah Utara, pernyataan tersebut mengatakan Turki memberi prioritas pada keamanan warga sipil dan pada saat yang sama memerangi kelompok teror. Dalam lebih dari 30 tahun kegiatan terornya melawan Turki, PKK telah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40 ribu orang, termasuk perempuan, anak-anak dan bayi.
YPG/PYD adalah cabang PKK di Suriah. PKK dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa.