Selasa 05 Nov 2019 19:17 WIB

Wamenkeu: Pelambatan Ekonomi Domestik Sejalan Situasi Global

Ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 tumbuh 5,02 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, menyebut perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia sepanjang kuartal III 2019 sejalan dengan situasi ekonomi global. Meski begitu, Suahasil menyatakan tingkat konsumsi domestik masih cukup stabil di tengah tekanan besar dari eksternal.

"Artinya, kita kena imbas. Ini in line (sejalan) dengan yang terjadi di Internasional," kata Suahasil di Jakarta, Selasa (5/11).

Baca Juga

Ia menerangkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 diproyeksi dari 3,4 - 3,5 persen menjadi hanya 3 persen. Sementara, Indonesia masih dapat tumbuh 5,02 persen, meskipun memang lebih rendah dibanding dibandingkan kuartal III tahun lalu yang mencapai 5,17 persen maupun kuartal kedua tahun ini, yakni 5,05 persen.

Hingga penghujung tahun, Suahasil menyatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi besar kemungkinkan hanya akan mencapai 5,05-5,06 persen. Secara akumulais kuartal I-III, pertumbuhan ekonomi hanya 5,04 persen. Angka itu jauh di bawah dari outlook APBN 2019 sebesar 5,2 persen.

Pemerintah, kata Suahasil, berharap agar pertumbuhan ekonomi setidaknya bisa dijaga pada level yang sekarang. Instrumen APBN akan dioptimalkan untuk bisa mendukung pergerakan perekonomian domestik. Pemerintah akan tetap menggenjot belanja dengan efisien yang memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi domestik.

Ia mengakui, pelemahan ekonomi global secara langsung akan menekan penerimaan negara. Karena itu, defisit APBN pada tahun ini bisa jadi bakal melebar menjadi sekitar 2 - 2,2 persen dari total PDB nasional.

"Tidak apa-apa, karena itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pelemahan ini kan terjadi di semua lini, ya pemerintah akan berusaha agar belanja tetap dukung pertumbuhan," kata dia.

APBN, kata Suahasil, di saat-saat situasi sulit seperti saat ini sangat berguna untuk meredam pelemahan ekonomi agar tidak lebih dalam. APBN digunakan sebagai kebijakan countercyclical sehingga belanja pemerintah diharapkan bisa menahan pelemahan ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement