REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah harapan terhadap perjanjian perdagangan Amerika Serikat-China. Selain itu juga optimisme bahwa Washington dapat menurunkan kembali beberapa tarif impor China.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari naik 0,83 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi ditutup pada 62,96 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 0,69 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi menetap pada 57,23 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sebelumnya China mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang diberlakukan pada September sebagai bagian dari kesepakatan fase 1. Hal ini pun diyakini akan meringankan dampak ekonomi dari sengketa perdagangan antara dua konsumen minyak terbesar dunia.
“Sementara perkembangan seperti itu dapat mengakomodasi penandatanganan kesepakatan fase pertama yang akan memungkinkan peningkatan lebih lanjut dalam penerimaan risiko dan karenanya limpahan bullish dari ekuitas masuk ke dalam kompleks minyak, perjanjian jangka panjang utama masih tampak sulit dipahami hingga tahun depan,” kata Presiden Ritterbusch and Associates,Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois, dalam sebuah laporan.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan prospek pasar minyak untuk tahun 2020 mungkin lebih cerah dari perkiraan sebelumnya, tampak mengecilkan setiap kebutuhan untuk pengurangan produksi yang lebih dalam.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia akan bertemu pada Desember. Aliansi OPEC+ sejak Januari telah memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.
Menteri Perminyakan Iran pada Senin (4/11) mengatakan ia memperkirakan pengurangan produksi lebih lanjut akan disepakati pada Desember. OPEC juga mengatakan akan memasok jumlah minyak yang semakin berkurang dalam lima tahun ke depan karena produksi meningkat dari simpanan serpih AS dan tempat lain.
Produksi minyak mentah dan cairan lainnya OPEC diperkirakan akan menurun menjadi 32,8 juta barel per hari pada tahun 2024, kata kelompok itu dalam Prospek Minyak Dunia 2019.
Sementara itu, pertumbuhan permintaan minyak Asia diperkirakan akan naik dua kali lipat menjadi 815.000 barel per hari pada tahun 2020, kata kepala perusahaan konsultan energi FGE.
Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel pekan lalu menjadi 440,5 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan Selasa malam (5/11/2019), hampir tiga kali lipat perkiraan analis untuk peningkatan 1,5 juta barel. Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Selain itu para analis menyebut Harga minyak juga terdorong pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS pekan lalu, pelemahan dolar dan peningkatan pertumbuhan lapangan kerja AS pada Oktober.