Rabu 06 Nov 2019 09:34 WIB

Toleransi Masih Jadi Fokus Pertemuan Pakar Fikih di Dubai

Pertemuan pakar fikih dunia di Dubai diinisiasi Akademi Fikih Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Konferensi Internasional Akademi Fikih Islam tengah digelar di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Sesi ke-24 konferensi di bawah perlindungan Wakil Presiden, Perdana Menteri dan Penguasa Dubai Yang Mulia Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, ini diselenggarakan  Departemen Urusan Islam dan Kegiatan Amal di Dubai (IACAD).

Setidaknya ada lima sesi ilmiah yang membahas berbagai topik selama konferensi ini berlangsung. Topik yang diangkat termasuk soal kontrak FIDIC dan dampaknya pada kontrak modern di negara-negara Arab, toleransi dalam Islam dan kebutuhan sosial dan internasional serta dampaknya, pencapaian ketahanan pangan dan air dan dampaknya terhadap tantangan di masa depan di negara-negara Islam. 

Baca Juga

Selain itu, topik yang dibahas adalah genom manusia dan bioteknologi masa depan, serta membahas rekomendasi dari sesi-sesi yang diadakan akademi dalam tiga tahun terakhir. 

Hari pertama konferensi pada Ahad lalu dimulai dengan sesi berjudul "Toleransi dalam Islam dan dampak serta kebutuhan sosial dan internasionalnya" yang dipresentasikan Dr Ammar al-Talbi dan Dr Ahmed Abdel-Alim Abdel-Latif. 

Para peserta membahas 12 makalah penelitian, yang semuanya menekankan pentingnya toleransi sebagai aspirasi agama dan aspirasi seluruh umat manusia.

Direktur Jenderal IACAD, Hamad Bin Al Shaikh Ahmed al-Shaibani, memuji kontribusi berharga yang dibuat  para peneliti dan cendekiawan yang berpartisipasi dalam konferensi ini. 

Ia menekankan pada peran vital yang dimainkan oleh Akademi Fikih Islam dalam membahas isu-isu yang berkaitan dengan saat ini dan masa depan Bangsa Islam. 

Ia mengatakan, sejalan dengan pendekatan UEA untuk merangkul toleransi, koeksistensi dan keterbukaan manusia, IACAD tertarik untuk memasukkan toleransi dalam Islam dalam agenda konferensi. 

"Sesi ilmiah menyajikan beberapa makalah penelitian berharga yang menyajikan visi komprehensif dari konsep toleransi dalam Islam dan menyoroti kebutuhan sosialnya dan pengaruhnya terhadap masyarakat Muslim," kata al-Shaibani, dilansir di Emirates News Agency, Rabu (6/11).

Selanjutnya, sesi ilmiah keempat dari konferensi ini membahas isu kontrak FIDIC dan dampaknya terhadap kontrak modern di negara-negara Arab. 

Abdul-Sattar al-Khuwaildi dan Dr Abdullah Aqeel berperan sebagai presenter selama sesi tersebut. Sementara Profesor Dr Hamed Mohammed Abu Taleb bertindak sebagai pelapor. 

Pada hari kedua, sesi kedua konferensi membahas soal keamanan air dan makanan dan efeknya pada tantangan masa depan yang dihadapi Bangsa Islam. 

Empat makalah penelitian disajikan yang menangani masalah ini dalam banyak hal. Hal itu terutama soal dampak dari Revolusi Industri 4.0 di bidang ketahanan pangan dan air dari perspektif Islam. Sedangkan hari pertama konferensi membahas topik-topik, seperti masalah kontrak pintar (smart contract) dan bagaimana cara mengaktifkan dan menghentikannya. 

Di samping, soal sejauh mana mereka berhubungan dengan subjek mata uang digital, serta mendefinisikannya dari perspektif Syariah. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement