REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat marah ketika mengetahui ada sisa tender senilai Rp 39 triliun yang belum terlaksana hingga November 2019 ini. Menurutnya, pelaksanaan lelang yang mepet akhir tahun anggaran seperti ini yang membuat pelaksanaan proyek terburu-buru. Ujungnya, kualitas proyek rendah dan gampang rusak.
"Ini setiap tahun kita ulang kesalahan ini. Akhirnya apa, kualitas masih jelek. Jembatan abruk, ya kayak gini. SD ada yang ambruk, gedung. Karena apa? Kerja cepet-cepetan, dan pas kerja pas bulannya basah, bulan hujan. Ya sudah," kata Jokowi dalam Rakernas Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) di JCC, Rabu (6/11).
Selain itu, Jokowi juga mengritisi mundurnya lelang yang membuat pelaksanaan proyek ikut mundur. Pengerjaan proyek infrastruktur di musim penghujan tentu membuat kualitasnya ikut menurun.
"Nggak mungkin buat konstruksi pekerjanya semua pakai payung. Jangan seperti ini kita ulangi lagi. Tahun depan kalau ada ulangi lagi e-tendering seperti itu akan saya lihat di kota mana, kabupaten mana, kementerian apa," katanya.
Jokowi pun meminta LKPP untuk mendorong penyerapan belanja anggaran bisa dilakukan lebih cepat, dengan lelang yang lebih awal. Bahkan Jokowi meminta, proses lelang bisa segera dilakukan setelah DIPA keluar pada medio November-Desember. Sehingga, awal tahun proyek bisa segera berjalan.
"Pengadaan barang jasa harus tepat waktu. Keterlambatan sedikit saja bisa pengaruhi ekonomi. Terutama belanja infrastruktur yang sensitif terhadap waktu," kata Jokowi.
Jokowi menekankan bahwa peran APBN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar di tengah tekanan ekonomi global. APBN 2020 mencatat, anggaran belanja untuk infrastruktur sebesar Rp 423 triliun, Rp 508 triliun untuk pendidikan, dan Rp 132 triliun untuk kesehatan. Ia meminta kepada kementerian/lembaga untuk bisa melakukan belanja anggaran lebih cepat.