REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani pada Selasa (5/11) mengatakan Iran akan kembali dalam kesepakatan nuklir atau Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA), jika semua pihak menyepakatinya dan sanksi dicabut.
Presiden Rouhani mengatakan Iran menuntut agar negara itu dapat dengan mudah menjual minyaknya, menggunakan asetnya. dan mengawasi hasil dari pencabutan sanksi.
"Dunia mesti memahami bahwa bangsa besar Iran telah memilih perlawanan untuk membawa pihak lain ke meja perundingan," kata Rouhani dilansir dari media setempat, IRNA.
Presiden Iran mengatakan bahwa negaranya akan melakukan langkah keempat mengenai pengurangan komitmen pada JCPOA. Dia menyebut ada peluang dua-bulan untuk perundingan dengan pihak negara di dalam JCPOA.
"Perlawanan meletakkan dasar buat perundingan, dan perundingan memanfaatkan perlawanan; tak ada pertentangan antara keduanya. Di dalam JCPOA, jumlah simpanan uranium memiliki batas 300 kilogram. Berdasarkan itu, kami harus menjual kelebihannya. Pada langkah pertama, kami mencabut batas ini dan menyimpan apa saja yang kami perkaya."
Selain itu, Rouhani mengatakan Iran akan mengurangi komitmennya untuk batas pengayaan.
"Di dalam JCPOA, kami berjanji untuk tidak melampaui pengayaan di atas 3,67 persen, tapi dalam langkah kedua, kami mengurangi komitmen kami berkaitan dengan batas pengayaan ini dan sekarang kami berkomitmen untuk memperkaya hanya pada tingkat ini," katanya.
"Pada langkah ketiga, kami melampaui kerangka kerja yang ditetapkan untuk R&D, dan kami akan membuat setiap jenis ilmiah, produksi sentrifugal, dan jumlah serta rangkaian. Kami mengumumkan kepada P4+1 dan teman-teman kami bahwa kegiatan baru kami akan diawasi oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dan langkah ini tak bisa diubah seperti langkah terdahulu," kata Rouhani.