REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kartunis politik Malaysia, Zunar, mengumumkan penerbitan buku baru berjudul Kartun Anti Rasialis'. Kartun ini diterbitkan dalam dua bahasa, yakni Bahasa Melayu dengan terjemahan Bahasa Inggris.
Zunar mengatakan, buku tersebut merupakan buku keduanya pada era Malaysia Baru di bawah Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Sebelumnya, ia menerbitkan biografi 'Fight Through Cartoons' yang diterbitkan Mei lalu.
Kartun Anti Rasisme (KAR) berisikan 48 lukisan kartun yang bertemakan keharmonian dengan menolak praktek diskriminasi ras. Buku tersebut merupakan salah satu misi Zunar untuk kembali membangun negara (nation rebuilding).
"Buku tersebut diterbitkan pada saat api perbedaan dan ketegangan ras semakin buruk dikobarkan dari hari ke hari oleh kelompok dan partai-partai politik tertentu. Ia menjadi makin buruk apabila pemimpin-pemimpin tertinggi pemerintah juga turut terlibat dalam politik negatif ini," katanya, Rabu (5/11).
Melalui lukisan kartun, KAR mengingatkan bahwa rasisme adalah perusak mindset. Jika tidak diatasi segera, dia akan jadi batu penghalang kemajuan negara.
"Agama Islam jelas menolak amalan diskriminasi ras berdasarkan prinsip bahwa Tuhan menjadikan kita berbagai bangsa dan warna kulit bukan untuk saling membenci tetapi untuk saling mengenali dan menghormati," katanya.
Dia mengatakan, untuk dilahirkan sebagai bangsa bukanlah pilihan manusia. Tetapi hal ini adalah ketetapan Tuhan, dan karena itu manusia tidak punya hak untuk bersifat rasis. Kartun-kartun dalam KAR juga menpertontonkan bahwa polarisasi ras menyebabkan keadilan sosial menjadi tidak seimbang.
"Diskriminasi masih berleluasa sedangkan semua warga negara sepatutnya mendapat hak yang sama tanpa melihat ras kaum dan agama. Kartun-kartun dalam buku ini disadur dengan pendirian bahwa sistem pendidikan adalah salah satu penyebab kenapa negara kita menjadi semakin rasis. Sebagai solusi, sistem pendidikan perlu segera diubah seluruhnya kepada sebuah sistem yang mementingkan meritokrasi tanpa ras," katanya.
Dia mengatakan, rasisme atau perkauman telah berurat akar dalam masyarakat. Itu sebabnya untuk merawat dan memulihkannya adalah satu tugas berat yang memerlukan penglibatan semua pihak pemerintah dan rakyat.
"Sebagai kartunis, adalah menjadi tanggung jawab saya untuk coba membetulkan keadaan ini melalui buku KAR," katanya.