REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden China Xi Jinping membuat pernyataan bersama terkait Perjanjian Paris. Dalam pernyataan gabungan itu keduanya menyatakan dukungan penuh terhadap kesepakatan iklim tersebut.
Sebelumnya Amerika Serikat (AS) sudah memulai proses penarikan diri dari Perjanjian Paris yang ditanda tangani pada 2015 lalu. AS butuh waktu satu tahun untuk keluar dari upaya mengatasi pemanasan global ini.
"(Kedua negara) memastikan dukungan penuh mereka kepada Perjanjian Paris, yang mereka nilai proses yang tidak dapat diubah dan jalur untuk aksi yang lebih kuat lagi dalam mengatasi perubahan iklim," kata Prancis dan Cina dalam pernyataan gabungan itu, Rabu (6/11).
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sudah mengirimkan surat ke PBB. Itu merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk bisa keluar dari Perjanjian Paris yang ditandatangani hampir 200 negara itu.
Alasan Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut adalah untuk memangkas birokrasi dalam industri AS. Tapi banyak ilmuwan dan pemerintahan di seluruh dunia yang mendesak untuk mempercepat upaya mengatasi perubahan iklim.
Dalam penelitian terbaru para ilmuwan mengatakan komitmen internasional Perjanjian Paris tidak cukup untuk mencegah dampak serius pemanasan global. Pada tahun ini Cina dan Prancis telah 'memperbarui' kontribusi mereka mengatasi pemanasan global.
Kesepakatan iklim 2015 mendorong negara-negara yang terlibat untuk mengatasi perubahan iklim sekuat yang mereka mampu. Macron berkunjung ke Cina bersama 30 delegasi bisnis.