Kamis 07 Nov 2019 01:11 WIB

Mantan Insinyur Boeing Ungkap Masalah pada 787 Dreamliner

Boein membantah tuduhan-tuduhan John Barnett.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Boeing 787, Dreamliner
Boeing 787, Dreamliner

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Mantan insinyur Boeing, John Barnett mengklaim bahwa penumpang Boeing 787 Dreamliner dapat mengalami kondisi tanpa oksigen jika kabin mengalami dekompresi mendadak. Barnett mengatakan, sebuah tes menunjukkan sistem oksigen dalam kabin bisa salah atau mungkin tidak berfungsi saat dibutuhkan.

Barnett juga mengklaim, bagian-bagian yang salah sengaja dipasang ke pesawat pada jalur produksi di satu pabrik Boeing. Namun, Boeing membantah tuduhan-tuduhan Barnett ini dan mengatakan bahwa semua pesawat Boeing dibangun dengan tingkat keamanan dan kualitas tertinggi, dilansir di BBC, Rabu (6/11).

Barnett, mantan insinyur kendali mutu, bekerja untuk Boeing selama 32 tahun, hingga akhirnya pensiun dengan alasan kesehatan pada Maret 2017. Sejak 2010, ia dipekerjakan sebagai manajer kualitas di pabrik Boeing di North Charleston, Karolina Selatan.

Pabrik ini adalah salah satu dari dua yang terlibat dalam membangun 787 Dreamliner, sebuah pesawat modern yang digunakan secara luas pada rute jarak jauh di seluruh dunia. Meskipun Dreamliner memiliki masalah awal setelah masuk ke layanan penerbangan, pesawat itu telah terbukti menjadi favorit dengan maskapai penerbangan dan sumber keuntungan yang berguna bagi Boeing.

Tetapi, Barnett mengklaim, Boeing terburu-buru untuk menghasilkan pesawat baru dari jalur produksinya. Itu berarti, bahwa proses perakitan juga terburu-buru dan keselamatan jadi dikompromikan.

Pada 2016, Barnett mengatakan kepada BBC, Boeing menemukan masalah dengan sistem oksigen darurat. Ini seharusnya menjaga penumpang dan kru tetap hidup jika tekanan kabin gagal karena alasan apa pun di ketinggian. Masker pernapasan dimaksudkan untuk jatuh dari langit-langit, yang kemudian memasok oksigen dari tabung gas.

Tanpa sistem seperti itu, penghuni pesawat akan dengan cepat lumpuh. Pada ketinggian 35 ribu kaki (10.600 meter) mereka akan pingsan dalam waktu kurang dari satu menit. Pada 40 ribu kaki, penumpang bisa pingsan dalam 20 detik. Kerusakan otak dan bahkan kematian bisa terjadi.

Barnett tetap sangat khawatir tentang keamanan pesawat yang ia pernah bantu bangun. "Berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun dan sejarah kecelakaan pesawat di masa lalu, saya percaya itu hanya masalah waktu sebelum sesuatu yang besar terjadi pada 787. Saya berdoa semoga saya salah," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement