REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ghana, salah satu negera di Afrika Barat, memiliki total populasi hingga 30 juta orang. Penduduk Muslim di sana mencapai lima juta orang, atau 17 persen dari total populasi. Namun 70 persen dari lima juta penduduk Muslim mengalami buta huruf.
Hal tersebut disampaikan oleh Azara dari The Acting Administrator of the Zakat, Sadaqat, Trust Fund, Ghana dalam konferensi World Zakat Forum (WZF) di Bandung, Rabu (6/11).
"70 persen dari lima juta muslim buta huruf. Ini jadi masalah terbesar 70 persen dari lima juta Muslim," kata Azara di Bandung.
Dari lima juta populasi Muslim di Ghana, sebagian besarnya hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka juga tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mampu, dan dapat membayarkan zakat. Sebesar 1,5 juta orang Muslim dianggap memiliki kewajiban untuk membayarkan zakatnya.
Dalam konferensi WZF mengangkat tema "Optimizing Global Zakat Role through Digital Technology". Konferensi ini terdiri dari 300 peserta dari 28 negara. Azara mengatakan, dalam kesempatan ini negaranya sebagian besar tidak memiliki hal-hal yang berkaitan dengan digital untuk disampaikan. Namun digitalisasi zakat dianggap perlu untuk diterapkan.
"Digital suka atau tidak harus diikuti. Kita semua setuju digitalisasi adalah sesuatu yang mengambil peran penting dalam globalisasi, kita harus bisa ikut perkembangan," ucapnya.
Sebelumnya Konferensi WZF ke delapan resmi dibuka oleh Wakil Presiden Indonesia, Maruf Amin di Bandung, pada Selasa. Forum yang dihadiri oleh perwakilan 28 negara ini ingin terus mengoptimalkan peran zakat, melalui tema WZF "Optimizing Global Zakat Role through Digital Technology".
Selama ajang WZF berlangsung, 25 pembicara menyampaikan paparan mengenai pengelolaan zakat di era digital antara lain Dr. Syed Zafar dari India, Dr. Elnur Salihovic dari Bosnia-Herzegovina, Muhammad Lawal Maidoki dari Nigeria dan Dr. M. Ayub Miah Bangladesh. Selain itu dalam kegiatan ini juga digelar rapat tahunan yang akan diikuti oleh seluruh anggota WZF.
Para pembicara membahas berbagai materi seperti fikih kontemporer dalam zakat digital, peraturan dan peran pemerintah dalam digitalisasi zakat, manajemen zakat digital, manajemen risiko untuk lembaga zakat di era digital, memperkuat peran WZF melalui teknologi digital, serta mempererat kerja sama zakat antar negara di era digital.
Adapun sejumlah negara yang tergabung dalam WZF di antaranya, Bangladesh, Bahrain, Bosnia Herzegovina, Brunei Darussalam, Mesir, India, Indonesia, Yordania, Kuwait, Malaysia, Maroko, Nigeria, Pakistan, Qatar, Arab Saudi, Afrika Selatan, Sudan, Uganda, Amerika, Inggris, Turki, Vietnam, Australia, Srilanka, Kazakstan, Ghana, Maldives, Senegal, Liberia, Togo, Benin, dan Sierra Lion.
Selain negara peserta, hadir pula Baznas se-Indonesia, pimpinan daerah dan dinas terkait, akademisi dan peneliti, Lembaga Amil Zakat, Organisasi non pemerintah, Perwakilan institusi multinasional, Mahasiswa, dan masyarakat umum.
Para tamu turut disuguhkan pameran atau exhibition oleh Baznas, Baznas Provinsi, Baznas Kabupaten/kota, Lembaga Amil Zakat dan berbagai perusahaan yang bergerak dalam bidang digital. Berbagai inovasi digital dan produk binaan dipamerkan dalam booth di WZF.