REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Konferensi Internasional World Zakat Forum (WZF) 2019 yang digelar di Bandung, Jawa Barat, resmi ditutup, Rabu (6/11). Sebanyak 300 peserta konferensi dari 28 negara sepakat merumuskan tujuh resolusi dari tema "Optimizing Global Zakat Role through Digital Technology" yang diangkat dalam konferensi.
Sekretaris Jenderal WZF sekaligus Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo mengatakan, ketujuh resolusi ini menyerukan untuk mengembangkan zakat global dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital yang ada saat ini.
Bambang menjelaskan, para pemangku kepentingan zakat global tak hanya berkomitmen untuk memberikan perhatian pada proses pengumpulan dan distribusi zakat. Anggota WZF juga berkomitmen agar zakat dikelola secara profesional, efektif, efisien dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang bergerak cepat.
"Gerakan zakat global harus memperhatikan peran teknologi digital dalam pengelolaan zakat karena dunia Muslim sangat luas, dari Afrika hingga Asia Tenggara yang mencakup enam benua," kata Bambang, di Bandung, Rabu (6/11).
Beberapa resolusi yang dihasilkan dalam WZF 2019 adalah mengoptimalkan peran teknologi untuk meningkatkan kesadaran umat Islam dalam memenuhi kewajiban berzakat. Kemudian, penggunaan platform digital dalam manajemen zakat harus ditingkatkan. WZF mengajak semua anggota WZF untuk mengadopsi teknologi sebagai bagian dari manajemen zakat mereka, terutama untuk promosi, perhitungan, pengumpulan, dan distribusi dana zakat di masing-masing anggota negara WZF.
Bambang menjelaskan, WZF sebagai platform gerakan zakat internasional memiliki peran untuk menyinergikan para pemangku kepentingan zakat global dalam meningkatkan kesejahteraan umat dan mengurangi kemiskinan.
"Konferensi ini juga menandai meningkatnya peran zakat untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan global dan mengusulkan standar secara khusus untuk mengukur dampak zakat terhadap kesejahteraan mustahik," kata dia.
WZF 2019 juga menyepakati untuk menggelar Konferensi Internasional WZF ke-9 dan Pertemuan Tahunan WZF 2020 di Selangor, Malaysia. Pertemuan tahunan pada 2020 akan mencakup diskusi tentang petunjuk teknis pelaporan keuangan dan audit eksternal zakat, petunjuk teknis tentang pengungkapan dan transparansi zakat, dan diskusi tentang indeks kesejahteraan zakat.
"Juga diputuskan untuk mengadakan Konferensi Internasional WZF ke-10 dan Pertemuan Tahunan 2021 di Kota London, Inggris, yang akan diselenggarakan oleh National Zakat Foundation (NZF) Worldwide," kata Bambang.
Executive Secretary WZF sekaligus Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas Irfan Syauqi Beik mengatakan, konferensi WZF merupakan acara paling besar dalam sejarah penyelenggaraan konferensi internasional dari sisi kehadiran jumlah negara dan peserta. Pembahasan yang diangkat sesuai dengan tema yang tengah hangat, terkait memanfaatkan teknologi digital untuk pengelolaan zakat.
"Di Malaysia kontribusinya bisa 20 persen, kita sendiri juga kontribusinya meningkat dua tahun terakhir. Tahun depan kami memprediksi kontribusi penerimaan zakat via digital bisa sampai 30 persen," kata Irfan.
Selain pemanfaatan teknologi digital, WZF juga menekankan kerja sama dengan lembaga multilateral lain seperti Unicef dan UNDP yang telah dituangkan dalam nota kesepahaman. WZF ingin mendorong ekspansi penguatan peran zakat dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan secara spesifik meningkatkan kesejahteraan anak seluruh dunia.
"Semoga kerja sama antarnegara bisa makin kuat. Peran zakat bisa makin signifikan untuk ciptakan kesejahteraan global," kata Irfan.
Mengoptimalkan peran zakat melalui digitalisasi belum dilakukan oleh seluruh negara anggota WZF. Sebab, tidak semua negara memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengembangkan zakat digital.
Sebelum pertemuan tahunan WZF di Bandung, Irfan mengatakan, mereka mengadakan pertemuan di Malaysia. Negara di Afrika menjadi salah satu perhatian WZF agar peran zakat secara digital bisa dioptimalkan. Negara yang dianggap lebih mumpun dapat membantu negara yang dianggap ketinggalan. Mereka akan memperkuat edukasi dan penguatan kapasitas SDM di negara yang perlu bantuan dan dukungan.