Kamis 07 Nov 2019 13:38 WIB

BI: Peningkatan Daya Saing Bisa Atasi Defisit Transaksi

Defisit transaksi berjalan menjadi persoalan utama yang dihadapi Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai kemajuan teknologi harus disikapi dengan peningkatan daya saing produk ekspor dalam negeri. Hal ini mengingat munculnya kemajuan industri 4.0 yang digaungkan oleh pemerintah.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan peningkatan daya saing produk dalam negeri menjadi krusial sebagai upaya mengurangi defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia.

Baca Juga

"Persoalan negeri kita ini karena Current Account Deficit (CAD). Kita sama-sama tahu ekspor kita perlu digenjot supaya lebih tinggi ekspornya daripada impor. Kita sadari, menggenjot ekspor itu perlu waktu karena barang-barang yang kita produksi harus memiliki daya saing yang tinggi kualitasnya," ujarnya saat acara Workshop on Accelerating Infrastructure Development di Hotel Kempenski, Jakarta, Kamis (7/11).

Menurutnya pemerintah juga harus mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global. Apalagi tren perlambatan ekonomi dunia menjadi ancaman bagi sejumlah negara-negara besar di dunia terjerembab ke lubang resesi, tak terkecuali Indonesia.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengingatkan pentingnya menjaga kebijakan fiskal dan moneter Indonesia. "Pertama tentang kondisi ketidakpastian global. Ini akan panjang dan kita harus waspadai itu," ucapnya.

Kendati demikian, Rosmaya mengaku bank sentral tidak akan mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia tumbuh 5,02 persen atau lebih rendah ketimbang dua kuartal sebelumnya masing-masing 5,05 persen pada kuartal dua 2019 dan 5,07 persen kuartal satu 2019.

"Kita tetap pada posisi. Kita dorong dari berbagai arah agar sesuai dengan prediksi kita. Prediksi kita itu adalah potensi pertumbuhan itu tetap," ucapnya.

Ke depan Bank Indonesia berupaya melakukan berbagai hal seperti monetary policy-nya dan kebijakan suku bunga.

"Kemudian juga tentang likuditas itu ada beberapa likuiditas yang juga kita ada relaksasi di situ, di sisi makroprudensial. Kita sama-sama tahu itu," ucapnya.

Bank Indonesia juga berupaya mendorong peran UMKM hingga pariwisata. "Kita dorong dari segala arah. Kuncinya adalah komitmen dari seluruh instansi terkait perkembangan infrastruktur," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement